BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pendekatan Antroposentrik adalah pendekatan yang
terpusat pada manusia. Manusia bukan saja merupakan makhluk sosial, yaitu
makhluk yang harus hidup dengan sesamanya dan selalu membutuhkan kerjasama
dengan sesamanya, tetapi lebih dari itu manusia juga mempunyai kepekaan sosial.
Kepekaan sosial berarti kemampuan untuk menyesuaikan tingkah laku dengan
harapan dan pandangan orang lain.
Pendekatan
fungsional adalah pendekatan yang melihat bagaimana seseorang itu cara
beradaptasi dengan lingkungannya. Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam
dua cara yakni Asimilasi dan Akomodasi, Asimilasi merupakan proses penyesuaian
lingkungan yang sudah ada dan mencocokannya kepada manusia itu sendiri.
Sedangkan akomodasi, organisasi memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih
menyukai lingkungannya.
Pendekatan
saintifik adalah saintifik adalah pendekatan dengan cara memahami aspek
perilaku tertentu, yang dapat dipakai untuk menjelaskan semua prilakunya,
dengan cara melakukan penelitian dan pengamatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendekatan
Antroposentris
Pengertian
Antroposentris itu adalah teori etika lingkungan yang memandang manusia sebagai
pusat dari sistem alam semesta.[1]
suatu kebijakan dan tindakan yang baik dalam kaitan dengan lingkungan hidup
akan dinilai baik kalau mempunyai dampak yang menguntungkan bagi kepentingan
manusia.
Pendekatan antroposentris ini memusat pada
manusia, kita melihat bahwa tiap pendekatan kepri badian memiliki filosofi
interistik hakikat manusia.
Manusia
bukan saja merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang harus hidup dengan
sesamanya dan selalu membutuhkan kerjasama dengan sesamanya, tetapi lebih dari
itu manusia juga mempunyai kepekaan sosial. Kepekaan sosial berarti kemampuan
untuk menyesuaikan tingkah laku dengan harapan dan pandangan orang lain.
Contohnya: seseorang akan berbeda kalau menghadapi orang yang sedang marah,
gembira, sedih.
Allah telah menciptakan potensi
kehidupan pada diri manusia, yang berupa naluri:
·
Naluri beragama
Naluri ini mendorong manusia untuk mensucikan
sesuatu yang mereka anggap sebagai wujud dari Sang Pencipta, maka dari itu
dalam diri manusia ada kecenderungan
untuk beribadah kepada Allah.
Namun tidak
semua manusia itu menyembah atau beribadah kepada Allah, ada seseorang itu yang
musyrik atau tidak mengakui adanya tuhan.
·
Naluri mempertahankan diri
Naluri ini
mendorong manusia untuk melaksanakan berbagai aktifitas dalam rangka
melestarikan kelangsungan hidup. Berdasarkan hal ini maka pada diri manusia ada
rasa takut, keinginan menguasai.
·
Naluri melangsungkan keturunan
Naluri ini mendorong manusia untuk melangsungkan
jenis manusia, manusia memiliki kecenderungan seksual, rasa cinta pada
tiap-tiap pasangannya.[2]
B. Pendekatan
Fungsional.
Pengertian
fungsional adalah penyesuaian diri sebagai proses untuk mempertemukan tuntunan
diri sendiri dan lingkungannya.
Contoh: Seorang
pedesaan hidupnya lebih sopan dan lebih santun dibandingkan dengan orang kota,
karena mayoritas orang desa hidupnya paguyuban atau patembayan, sedangkan orang
kota hidupnya pasundan atau individual.
Pendekatan
fungsional adalah melihat bagaimana seseorang itu cara beradaptasi dengan
lingkungannya.
Contohnya: Didalam
rumah tangga ada ayah, ibu dan 6 anak laki-laki dan 1 anak perempuan, dilihat
dari adaptasinya anak perempuan itu cenderung bertingkah seperti laki-laki
karena terpengaruh oleh lingkungan keluarganya yang dominan laki-laki.
Penyesuaian diri didefinisikan sebagai
proses usaha untuk mempertemukan tuntunan diri sendiri dan lingkungan.[3]
Jean
piaget dalam teori perkembangan kognitif menerangan bahwa adaptasi biologi
terhadap lingkungan merupakan bagian dari intelegensi seseorang. Ada tiga aspek
intelegensi yang dikemukakan oleh Piaget yaitu aspek stuktur, struktur dan
organisasi terhadap lingkungan, tapi pikiran manusia lebih dari meniru struktur
realita eksternal secara pasif. Adaptasi terhadap lingkungan terjadi dalam dua
cara yakni Asimilasi dan Akomodasi. Asimilasi mengambil sesuatu dari dunia luar
& mencocokkannya ke dalam struktur yang sudah ada, dapat dikatakan bahkan
asimilasi merupakan proses penyesuaian lingkungan yang sudah ada dan
mencocokannya kepada manusia itu sendiri. Sedangkan akomodasi, organisasi
memodifikasi dirinya sehingga menjadi lebih menyukai lingkungannya. Ketika
seseorang mengakomodasi sesuatu, mereka mengubah diri mereka sendiri untuk
memenuhi kebutuhan eksternal. Jadi dapat dikatakan bahwa proses akomodasi
merupakan proses penyesuaian diri
manusia itu sendiri kepada lingkungannya.[4]
C.
Pendekatan Saintifik
Sains adalah
ilmu pengetahuan yang dipakai sebagai kata kolektif untuk menunjukkan bermacam-macam
pengetahuan yang sistematis dan obyektif serta dapat diteliti kebenarannya.
Saintifik adalah
bentuk dari sains, menurut ilmu pengetahuan.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan
dengan cara memahami aspek perilaku tertentu, yang dapat dipakai untuk
menjelaskan semua prilakunya.
Contohnya: Ada
seseorang yang terdiam dan merenung, dilihat dari pendekatan filosofisnya
mungkin dia mempunyai gangguan pada jiwanya. Kalau dilihat dari pendekatan fisiologis
mungkin dia sedang tidak enak badan. Kalau dilihat dari pendekatan
antroposentrisnya mungkin dia dilihat dari naluri biologisnya dia belum makan sehingga merasakan lapar dan
lemas. Kalau dilihat dari pendekatanfungsional
mungkin dia mengalami masalah di rumah dengan keluarga sehingga
tempat itu digunakan pelarian untuk merenung. Kalau dilihat dari pendekatan
saintifiknya mungkin kita dapat memahami aspek prilaku sebelum kejadia ini
terjadi, kita dapat meneliti dan mengamati sesungguhnya apa yang terjadi
sehingga ini kok bisa merasa seperti ini.
Pengetahuan yang dilakukan secara
sistematis mengahasilkan hukum dan teori, ukum (laws) akan digunakan untuk
menerangkan hubungan-hubungan yang teratur dan sudah dapat di duga. Sedangkan
teori akan di pergunakan untuk menjelaskan hasil eksperimen atau data dan teori
akan menjelaskan bagaimana penemuan mutakhir telah menghasilkan sesuatu.
Kesimpulannya ialah bahwa teori
mempunyai dua macam peranan. Pertama memberikan pemahaman yang merupakan tujuan
penelitian ilmiah. Kedua, teori dapat merangsang penelitian lebih lanjut untuk
mengembangkan pengetahuan baru.[5]
BAB III
KESIMPULAN
Pendekatan antoposentris adalah pendekatan yang memusat pada manusia. Setiap manusia memiliki
dorongan-dorongan tersendiri untuk melakukan sesuatu.
Manusia
bukan saja merupakan makhluk sosial, yaitu makhluk yang harus hidup dengan
sesamanya dan selalu membutuhkan kerjasama dengan sesamanya, tetapi lebih dari
itu manusia juga mempunyai kepekaan sosial. Kepekaan sosial berarti kemampuan
untuk menyesuaikan tingkah laku dengan harapan dan pandangan orang lain. Contoh : Ada
seorang yang merenung terdiam, kalau dilihat dari pendekatan antroposentriknya
mungkin orang itu merasakan lapar, atau takut atau yang lain.
Pendekatan
fungsional adalah pendekatan yang
melihat bagaimana seseorang itu cara beradaptasi dengan lingkungannya. Contoh: Di dalam keluarga ada ayah,
ibu, dan lima orang anak. Empat anak laki-laki dan satu anak perempuan, kebanyakan
anak perempuan itu bertingkah laku seperti laki-laki karena pengaruh dari cara
beradaptasi terhadap lingkungannya.
Pendekatan saintifik adalah
pendekatan dengan cara memahami aspek perilaku tertentu, dengan cara melakukan
penelitian dan pengamatan. Contohnya:
Ada seseorang yang terdiam dan merenung, dilihat dari pendekatan filosofisnya
mungkin dia mempunyai gangguan pada jiwanya. Kalau dilihat dari pendekatan
fisiologis mungkin dia sedang tidak enak badan. Kalau dilihat dari pendekatan
antroposentrisnya mungkin dia dilihat dari naluri biologisnya dia belum makan sehingga merasakan lapar dan
lemas. Kalau dilihat dari pendekatanfungsional mungkin dia mengalami masalah di rumah dengan keluarga sehingga
tempat itu digunakan pelarian untuk merenung. Kalau dilihat dari pendekatan
saintifiknya mungkin kita dapat memahami aspek prilaku sebelum kejadia ini
terjadi, kita dapat meneliti dan mengamati sesungguhnya apa yang terjadi
sehingga ini kok bisa merasa seperti ini.
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami
ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik, dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “Konsep Jihat dalam Islam” tanpa
suatu halangan yang berarti.
Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabiyullah Akhiruzzaman yang menjadi panutan
dan suri tauladan bagi kita semua. Beliau adalah Nabi Muhammad SAW, pemimpin
umat manusia.
Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih penuh dengan kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik
yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan.
Akhirnya kami memohon
kepada Allah SWT agar kami selalu mendapatkan petunjuk ke jalan yang benar.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya.
Surabaya, April 2012
Penulis
TUGAS PENDEKATAN DALAM
PSIKOLOGI
Dosen :
Dra.
Ragwan Albar, M.FiI.I
B
Oleh :
Syifaul Ummah
(B73211080)
FAKULTAS
DAKWAH
JURUSAN
BIMBINGAN KONSELING
IAIN
SUNAN AMPEL SURABAYA
2012
DAFTAR PUSTAKA
Davidoff, Linda L. Psikologi Suatu Pengantar. Erlangga: 1981.
Al Barry, M. Dahlan. 1994. Kamus Ilmiyah Populer. Yokyakarta:
Arkola.
Tarmuji. 2011. IAD-ISD-IBD, Surabaya: IAIN
Sunan Ampel surabaya.
Wikipedia, “Fungsionalisme Struktural”, dari http://
id. Wikipedia. Org/wiki/Fungsionalisme Struktural, diakses pada tanggal 01
April 2012.
Davidoff, Linda L. Psikologi Suatu Pengantar edisi kedua. Erlangga: 1981.
[1] M. Dahlan Al Barry, Kamus Ilmiyah Populer, (Yokyakarta:
Arkola, 1994 ) hal: 38
[2] Drs.Tarmuji, M. Ag. Dkk, IAD-ISD-IBD,
(Surabaya: IAIN Sunan Ampel surabaya, 2011) hal: 6-8
[3] Linda L davidoff, Psikologi Suatu Pengantar. (Erlangga:
1981) hal: 176
[4] Wikipedia, “fungsionalisme
Struktur”, diakses pada tanggal 01 April 2012 dalam http: // id. Wikipedia.
Org/ wiki/ fungsionalisme- struktural.
[5] Linda L davidoff, Psikologi Suatu Pengantar edisi kedua.
(Erlangga: 1981) hal: 38
No comments:
Post a Comment