TAFSIR
DAKWAH SECARA BERTAHAP
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir I
DOSEN;
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag.
Oleh:
Syifaul Ummah
NIM. B73211080
FAKULTAS DAKWAH
BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
DAKWAH
SECARA BERTAHAP
A.QS.Al FURQON
(25) :32
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. wöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºx2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8y#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ
Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran
itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066]
supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur
dan benar).
1.Tafsir ibnu
katsir juz:19, hal: 26-29.
Allah swt. Menceritakaan tentang
sikap orang-orang kafir yang banyak menentang dan ingkar, juga keusilan mereka
terhadap hal yang bukan urusan mereka, karena mereka mengatakan seperti yang
disitir oleh firman-Nya:
لولانزلعله القران جملة واحدة
Mengapa
Al-qur’an ini tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?(Al-furqon:32)
Yakni mengapa
Al-qur’an yang diwahyukan kepada Muhammad tidak diturunkan sekali turun saja,
sebagaimana telah diturunkan kitab-kitab yang sebelumnya sekaligus, seperti
kitab taurat, injil, zabur dan kitab-kitab samawi lainnya?
Maka Allah Swt menjawab perkataan
tersebut. Sesungguhnya dia menurunkan Al-qur’an secara berangsur-angsur selam
dua puluh tiga tahun menurut peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang
berkaitandengannya serta menurut hukum yang diperlukan, tiada lain untuk
meneguhkan hati orang-orang mukmin terhadapnya. Sebagaimana yang disebutkan
didalam ayat lain melalui firman-Nya:
وقوانا فرقنه
Dan
Al-qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur.(Al-Isra:106), hingga akhir ayat.
Dalam ayat berikut
ini disebutkan oleh firma-Nya:
لنثبت به فؤادك ورتلنه تر تيلا
supaya kami perkuat hatimu
dengannyadan kami membacakannya secara tartil.(Al-furqan:32)
Qotadah
mengatakan bahwa makna tartil ialah menjelaskan, yakni kami menjelaskan
sejelas-jelasnya. Menurut ibnu Zaid, makna yang dimaksud ialah kami
menafsirkannya dengan jelas.
ولاياتونك بمثل
Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-furqon:33)
Yaitu dengan
membawa sesuatu alasan dan tuduhan yang tidak benar.
الاجئنك
بااحقواحسن تفسيرا
Melainkan
kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-furqon:33)
Artinya, tidak
sekali-kali orang-orang kafir itu mengatakan sesuatu untuk menentang perkara
yang hak, melainkan kami sangga mereka dengan jawaban yang benar, lebih jelas,
lebih terang dan lebih fasih dari pada ucapan mereka.
Sa’id idnu zubair mengatakan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
ولاياتونك بمثل
Tidaklah orang-orang kafir itu
datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-furqon:33)
Yakni suatu
usaha untuk menjatuhkan Al-Qur’an dan Rosulullah Saw.
الا جئنك بالحق
Melainkan kami datangkan kepadamu
suatu yang benar. (Al Furqon:33), hingga akhir ayat.
Kecuali jibril turun mengemban tugas
dari Allah untuk menjawab mereka. Hal ini tiada lain menunjukkan bukti
perhatian Allah yang besar dan kemuliaan Rosulullah Swt.di sisi-Nya, sehingga
wahyu selalu datang kepadanya dari Allah Swt. Baik di pagi hari, maupun di
petang hari,di siang hari maupun di malam hari,sedang dalam perjalanan maupun
sedang berada ditempat. Setiap kali malaikat turun menemuinya selalu membawa
Al-Qur’an, lain halnya dengan cara penurunan kitab-kitab yang terdahulu (yang
diturunkan sekaligus). Hal ini merupakan suatu kedudukan yang lebih tinggi dan
lebih besar serta lebih agung ketimbang saudara-saudaranyadari kalangan semua
nabi.
Al-Qur’an adalah kitab yang paling
mulia yang diturunkan oleh Allah Swt, dan nabi Muhammad Saw. Adalah nabi yang
paling besar yang diutus oleh Allah Swt. Al-Qur’an mempunyai dua sifat
kekhususan (dibandingkan dengan kitab-kitab terdahulu), yaitu di alam mala’ul
a’la, Al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul ‘izzah di
langit yang paling bawah. Sesudah itu Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara
berangsur-angsur menurut peristiwa dan kejadian (yang memerlukan penurunan)nya.
Imam Nasa’i telah meriwayatkan
berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Al-Qur’an
diturunkan sekaligus ke lanit yang paling bawah pada malam Qodar. Kemudian
diturunkan ke bumi selama dua puluh tahun.Allah Swt. Telah berfirman:
ولاياتونك بمثل الاجئنك بااحق واحسن تفسىرا
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya. (Al-Furqon:33)
Dan firman
Allah Swt:
وقرانا فرقناه لتقراه على الناس على مكث ونزلننه تنزيلا.
Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian
demi bagian.(Al-Isra’:106)
2. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an juz: 19, hal: 271, 274, 295
Mereka
menolak cara penurunan Al-Qur’an dengan mengatakan.
“mengapa Al-Qur’an itu tidak di turunkan kepadanya
sekali turun saja?” (Al-Furqan: 32)
Hal
itu mereka lakukan di samping pendustaan, cercaan, ejekan, dan dusta mereka
terhadap beliau dan risalah yang beliau bawah.
Rasulullah
dengan tegar menghadapi itu semua, dalam keadaan sendirian tanpa dibekali
kekuasaan dan harta, sambil berpegang bahwa batas tugasnya disisi Allah
tanpa mengusulkan sesuatu kepada-Nya. Hal itu hanya makin mendorong beliau
untuk bertawajjuh kepada Rabbnya, untuk mengharapkan keridhaan-Nya, tanpa
menghiraukan segala sesuatu selain-Nya, dan berdo’a,
“Wahai Rabbku, seandainya Engkau tak murka kepadaku,
maka aku tak pedulikan segala rintangan dan kesulitan yang menghadangku.
Kepada-Mulah aku menuju hingga Engkau ridha kepadaku.”
Di
sini, dalam surah ini, Allah merengku beliau ke dalam “dekapan”-Nya.Menghapuskan
kepedihan dan kelelahan beliau, menghibur dan menyenangkan hati beliau serta
menghilangkan beban kesulitan yang beliau rasakan setelah menyaksikan
pembangkangan orang-orang kafir, dan buruknya perilaku aniaya mereka. Allah merengkuh Nabi-Nya dengan menjelaskan bahwa ketika itu
mereka sebenarnya berarti sedang membangkang terhadap khalik mereka dan sang
pemberi rizki mereka, yang merupakan pencipta seluruh semesta alam ini, dan
penentu takdir serta pengatur semesta ini. Sehingga tak seharusnya Nabi saw.
Merasa tertekan, karena pada hakikatnya segala perbuatan mereka itu hanpa tak
berguna!
Mereka juga mengkritik cara
penurunan Al-Qur’an, dengan mengatakan,
“mengapa
Al-Qur’an itu tidak di turunkan sekali turun saja?”( Al-Furqan: 32)
Kemudian
Allah mengiringi kritik mereka itu dengan adegan mereka pada hari kiamat,
ketika mereka dikumpulkan dengan diseret muka mereka, sementara mereka
mendustakan hari kiamat itu. Juga menggambarkan akibat yang ditanggung
oleh para pendusta agama sebelum mereka, seperti kaum Musa, kaum Nuh, Aad,
Tsamud, penduduk ar-Rass, dan orang-orang pada zaman itu. Al- Qur’an juga
mengungkapkan keheranan atas sikap mereka yang sering melewati kampung Luth
yang telah dihancurkan itu, tapi mereka tetap saja tak mengambil pelajaran dari
kejadian tersebut.
Redaksi Al-Qur’an memaparkan perkataan pada
pembuat dosa itu yang menghalangi dakwah Al-Qur’an, sambil membantah perkataan
mereka,
“berkatalah orng-orang yang kafir, “mengapa Al-Qur’an
itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya kami
perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (secara teratur dan
benar).”Al-Furqan:32”
Al-Qur’an
ini datang untuk mendidik umat, membangun masyarakat, dan mendirikan
sistem.Pendidikan memerlukan waktu, pengaruh, dan reaksi terhadap kata-kata,
serta gerak yang menterjamahkan pengaruh dan reaksi tersebut di dalam realitas. Sementara jiwa manusia tak berubah menjadi sosok yang sempurna dan
paripurna hanya dalam waktu sehari semalam dengan membaca kitap yanf sempurna
dan paripurna tentang manhaj yang baru.
Namun,
ia terpengaruh dari hari ke hari dengan satu segi dari manhaj ini,dan secara
berangsur-angsur meningkat sedikit demi sedikit, sehingga ia tak merasa berat
menanggungnya. Berbeda halnya
jika beban itu ia terima sekaligus dalam bentuk yang basar, berat, dan sulit. Ia
tumbuh setiap hari dengan panganan yang bergizi. Sehingga pada hari berikutnya
ia menjadi sosok yang lebih siap untuk mengkonsumsi panganan berikutnya, dan
lebih mampu menerima dan menikmatinya.
Al-Qur’an datang dengan manhaj yang
sempurna dan paripurna bagi kehidupan seluruhnya. Pada waktu yang sama ia datang membawa manhaj tarbiah yang sesuai
dengan fitrah umat manusia yang diketahui dari pengajaran penciptanya. maka, Al-Qur’an
itu datang secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang hidup
bagi masyarakat muslim, ketika ia berada di jalan pertumbuhan dan
perkembangannya. Juga sesuai dengan kesiapannya yang tumbuh dari hari ke hari
dalam naungan manhaj pendidikan ilahi yang cermat.
Ia datang sebagai manhaj terbiah dan
manhaj kehidupan, bukan sebagai kitap budaya yang hanya untuk dinikmati semata
atau sumber penggetahuan semata. Ia datang untuk dijalankan secara huruf per huruf dan
kata per kata, serta satu kewajiban ke satu kewajiban. Ia datang agar ayat-ayatnya menjadi “perintah harian” yang diterima oleh kaum
muslimin pada waktunya untuk ia kerjakan segera setelah menerimanya seperti
tentara menerima perintah harian dibaraknya atau di medan perang disertai dengn
keterpengaruhan diri, pemahaman. Dan keinginan untuk melaksanakan, sambil
menyesuaikan diri dengan perintah itu ketika ia menerimanya.
Oleh karena itulah, Al-Qur’an
diturunkan secara gradual (bertahap).Penjelasan yang pertama diberikan tentang
manhajnya disampaikan kepada hati Rosulullah dan meneguhkan hati beliau di
jalan manhaj itu.Kemudian terus memantau fase-fase perjalanan manhaj itu satu
bacaan demi satu bacaandan satu bagian demi satu bagian,
“Demikianlah supaya kami perkuat hatimu denan nya dan
kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
Kata tartil
di sini bermakna berkesinambungan dan berturut-turut secara teratur sesuai
dengan hikmah Allah dan ilmu-Nya tentang kebutuhan-kebutuhan hati tersebut dan kesiapannya untuk menerima.
Dengan
manhaj itu, Al-Qur’an telah dapat mewujudkan mukjizat-mukjizat dalam membentuk
jiwa-jiwa yang menerima Al-Qur’an itu dengan membaca Al-Qur’an secara tartil, dan terpengaruh dengannya dari ke hari serta mencetak dirinya
dengan al-Qur’an itu satu langkah demi satu langkah.Kemudian ketika kaum muslim
melupakan manhaj ini, dan mereka menjadikan Al-Qur’an hanya sebagai kitab
budaya dan kitab bacaan untuk ibadah, bukan manhaj pendidikan untuk membentuk
dan mencetak jiwa, serta manhaj kehidupan untuk dikerjaan dan dilaksanakan,maka
mereka pun tak dapat mengambil sesuatu manfaat apapun dari Al-Qur’an. Karena,
mereka telah keluar dari manhajnya yang telah digariskan oleh Allah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal.
Al-Qur’an selanjutnya terus
meneguhkan Rorulullah dan memenangkan beliau bahwa Dia akan terus memberika
beliau hujjah yang kuat dan menang setiap kali mereka membuka satu pintu debat,
dan setiap kali mereka mengajukan sesuatu usul kepada beliau, atau membantah
beliau dengan suatu bantahan.
3. Tafsir Al-Maroghi juz: 19, hal 16-18
oyÏnºur\'s#÷HädZb#uäöà)ø9$#møn=tããAÌhçRwöqs9#rãxÿx.ûïÏ%©!$#(A$s%ur
Orang-orang
yahudi berkata, “mengapa Al-Qur’an diturunkan kapada nabi Muhammad tidak sekaligus,sebagaimana
kitab-kitab terdahulu diturunkan kepada paraNabi.”Ini
adalah tuduhan yang bathil dan pengakuan yang rusak, karena kitab-kitab
diturunkan secara berkala. Taurat diturunkan secara bertahap dalem masa 18
tahun, sebagaimana dibuktikan oleh nash-nash Taurat sendiri dan tidak ada bukti
pasti yang berlawanan dengannya, baik dari kitab maupun dari sunnah,
sabagaimana halnya Al-Qur’an diturunkan. Akan tetapi, mereka menentang atau
jahil, tidak mengetahui bagaimana kitab-kitab Allah diturunkan kepada para
Nabi-Nya.Jadi, ini adalah penentangan yang tidak berdasar, karena al-I’jaz
(susunan perkataan yang indah) tidak bisa diperselisihkan dengan penurunannya secara
sekaligus maupun bertahap.
Allah
menyangga perkataan mereka dan menunjuk kepada sebab penurunannya secara
bertahap:
y 8y#xsèùÏmÎ/MÎm7s[ãZÏ97Ï9ºx2
Kami menurunkan Al-Qur’an dengan cara
demikian untuk menguatkan hatimu dengan mengulang-ulang dan menghafalnya,
sebagaimana firman Allah:
xÍ\s?çm»oYø9¨tRurW4;]õ3ãBn?tã¨$¨Z9$#n?tãÄnr&tø)tGÏ9m»oYø%tsù$ZR#uäöè%ur
Artinya: Dan
Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada
manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
Secara
ringkas, faidah-faidah itu ialah:
·
Pertama: Rosulullah adalah seorang yang ummiy,
tidak bisa membaca tidak pula manulis. Sekiranya Al-Qur’an diturunkan
sekaligus, sudah tentu akan sulit baginya untuk menghafalnya, dan boleh jadi
beliau akan lupa dan keliru.
·
Kedua: Al-Qur’an diturunkan demikian agar menghafalnya
dapat lebih sempurna dan terhindar dari penghabaian serta perolehan hasil yang sedikit.
·
Ketiga: jika Al-Qur’an diturunkan kepada makhluk
sekaligus, sudah tentu syari’at diturunkan seluruhnya kepada mereka sekaligus.
Dan ini jelas akan menyulitkan mereka karena banyaknya taklif yang diturunkan
sekaligus itu. Akan tetapi, dengan diturunkannya Al-Qur’an secara
berangsur-angsur maka tasyri’ pun datang secara bertahap. Dengan demikian, untuk memikul dan melaksanakannya akan lebih
mudah bagi mereka.
·
Keempat: jika
Rosulullah Saw. Menyaksikan jibril dari waktu ke waktu, maka hatinya akan kuat
untuk memikul apa yang dibebankan kepadanya, bersabar dalam menjalankan beban
kenabian, menanggung penganiayaan kaumnya, dan mampu melaksanakan jihad yang
berlangsung sepanjang hidupnya.
·
Kelima: Al-Qur’an diturunkan dengan cara demikian,
karena sesuai dengan pertanyaan dan peristiwa.
Maka, hal itu dapat menambah sikap tanggap mereka terhadap agama mereka.
·
Keenam: ketika Al-Qur’an diturunkan secara bertahapdan
mereka ditantang untuk membuat seperti bagian-bagiannya, mereka tidak mampu
melawannya. Maka, sudah tentu menurut orang
yang bijak mereka akan lebih lemah untuk melawannya secara keseluruhannya.
·
Ketujuh:
beberapa hukum syari’ah datang pada permulaan penurunan wahyu sesuai dengan
keadaan kaum yang hukum-hukum itu diturunkan kepada mereka, dan sesuai dengan
adat yang mereka pegang. Tetapi, ketika Allah menerangi hati mereka dengan
petunjuk Rosulnya, maka sebagian keadaan mereka menjadi berubah dan diri mereka
siap untuk menerima tasyri’ yang makin mensucikan mereka serta menghilangkan kotoran
jahiliyah yang melekat pada mereka. Kemudian, datng tasyri’ baru yang sempurna
dan sesuai dengan keadaan. Sekirannya al-Qur’an diturunkan sekaligus, sudah
tentu perubahan tersebut akan sulit tercapai.
xÏ?ös?m»oYù=¨?uur
Kami
turunkan Al-Qur’an kepadamu dengan berangsur-angsur dan kami bacakan dari lisan
Jibril sedikit demi sedikit dalam masa 23 tahun.
Janji Allah akan melenyapkan tuduhan
yang mereka lontarkan.
4. Tafsir Al-Azhar juz: 19, hal: 14-15
Pada
ayat 32 dibayangkan lagi usul kaum kafir itu agar Al-Qur’an itu diturunkan
sekaligus saja. Maraka mencari-cari saja soal-soal yang akan
diusulkan. Dahulu mereka mengkritik mengapa nabi makan dan minum, mengapa nabi masuk pasar ke luar pasa.kemudian diusulkannya pula kepada nabi itu
membawa pengiring dan pembantu yang terdiri dari pada bangsa malaikat. Kemudian diusulkannya pula supaya Nabi itu kaya raya mempunyai
perbendaharaan yang besar ada pula usul mereka supaya Nabi mempunyai kebun yang
luas. Bahkan pernah mereka mengusulkan hendak melihat betapa rupa malaikat. Dan
ada yang lebih hebat lagi, mereka mengusulkan hendak melihat betapa rupanya
tuhan itu. Sekarang datang lagi usul lain, yaitu supaya al-Qur’an diturunkan
sekaligus saja. Jang terpotong-potong, seayat demi seayat sebagai sekarang.
Meskipun segala usul dan sanggahan
itu dipandang dari hati yang mu’min adalah soal kecil belaka, namun bagi orang
yang imannya sedang dibangun perlu juga penerangan yang jelas. Usulan yang
demikian akan mereka turuti lagi dengan usulan yang lain, yang kadang-kadang
amat ganjil, lucu dan jenak,memperhatikan kecilnya jiwa orang-orang yang kafir
itu. Namun Tuhan masih menunjukkan jawabaNya kepada Nabi utusanNya.
Tuhan menerangkan: Demikianlah
adanya: supaya kami tetapkan hatimu.
Turun Al-Qur’an ayat demi
ayat,sehingga setiap yang tiba dapat masuk kedalam hati. dan dapat meneguhkan
hati kemudian itu “Wa Rottalnaahu tartila” . kami ajakkan kepadamu membacanya
dengan sebenar-benar bacaan.
Konon setiap ayat yang telah turun,
diajarkan lagi oleh malaikat jibril kepada nabi dengan bacaan yang seksama,
sehingga nama ayat yng telah turun, terus sekali masuk menyelinap ke dalam
hati, bukan hanya semata-mata masuk, ke dalam catatan surat. Dan diajarkan pula oleh nabi seayat demi
seayat kepada para sahabat.
Di
dalam surat Al-Baqarah ayat 121 tuhan menerangkan:
tûïÏ%©!$# ãNßg»oY÷s?#uä |=»tGÅ3ø9$# ¼çmtRqè=÷Gt ¨,ym ÿ¾ÏmÏ?urxÏ? y7Í´¯»s9'ré& tbqãZÏB÷sã ¾ÏmÎ/ 3
“ Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka
membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. dan
barangsiapa yang ingkar kepadanya.”
Pembacaan yang benar-benar itu hanya akan
di dapat jika setiap yang turun dibaca dengan seksama, dengan tartil. Tetapi kalau diturunkan
sekaligus, mungkin dibaca juga, namun karena banyaknya menjadi ragu, mana yang
akan didahulukan. Itula sebabnya maka “arra’i-lul awwal”, rombongan penyambut islam yang pertama amat besar pengaruh
al-Qur’an kepada dirinya, sebab Setiap ayat
yang datang dia memahamkan benar-benar ayat demi ayat.
Itulah
sebabnya pula, setelah Al-Qur’an menjadi mushaf, telahterkumpul semuanya,
banyak orang yang hafal Al-Qur’an, Cuma menghafal saja namun pengaruh pada
jiwanya tidak ada. Inilah yang dikatakan nabi bahwa nanti akan datang zamannya
orang membaca Al-Qur’an laksana dengung lebah terbang, tetapi iman tidak sampai
masuk ke bawah dari kerongkongannya.
5. Tafsir
Al-Misbah juz:19, hal: 468-471
Ayat ini kembali menguraikan
keberatan-keberatan dan dalih-dalih kaum musyrikin yang mereka arahkan kepada
Al-Qur’an. Kali ini ayat diatas menjelaskan bahwa: Dan berkata juga orang-orang
yang kafir itu:mengapa tidak diturunkan kepadanya Al-Qur’an sekali turu saja?”.
Demikianlah melalui malaikat Jibril kami menurunkannya berangsur-angsur,
sedikit demi sedikit supaya malaikat itu datang berkali-kali membawanya
kepadamu dan dengan demikian Kami perkuat dengannya yakni dengan
turunnya berkali-kali itu hatimu dan Kamimelalui malaikat Jibril membacakannya
secara tartil yakni teratur dan benar sehingga semakin mudah bagimu
memahami, menghayati maknanya dan menghafalnya. Di sisi lain tidaklah mereka
yakni orang-orang kafir itu atau siapa pun selain mereka yang datang
kepadamu sekarang atau masa mendatang dengan membawah sesuatuyang aneh
baik pertanyaan, tuduhan maupun sanggahan menyangkut tugas-tugasmu sebagai Nabi
dan Rasul, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu keteranganyang haq
yakni penuh kebenaran dan yang paling baik penjelasannya sehingga
pertanyaan atau sanggahan mereka terpatahkan.
Kata (نزل) nuzzila difahami oleh sementara
ulamadalam arti turun sedikit demi sedikit,serupa dengan kata (انزل)unzilatetapi
pendapat ini dihadang oleh kalimat sesudahnya yaitu(جملة واحدة) jumlatan wahidah/ sekali turun.Dengan
demikian pendapat tersebut bukan pada tempatnya.
Kata (تر تيلا)tartilanterambil dari kata (رتل) ratila/ teratur.Kamus-kamus bahasa
menggunakan contoh penggunaan kata itu dengan melukiskan gigi yang teratur rapi atau banteng yang kuat dan kokoh.
Sementara ulama memahami kata tersebut disini sebagai penjelasan keadaan
Al-Qur’an yang turun itu.Dalam arti bahwa Allah menurunkannya sangat serasi,
teratur lagi indah dalam lafadz dan maknanya serta tidak berumpuk-tumpuk karena
tidak turun sekaligus, tidak berangsur-angsur. Ayat-ayatnya yang tersusun rapi
serta sangat serasi itu walau turun dalam waktu yang berbeda-beda, namun
keserasiannya dan keteraturannya menjadikan ia bagaikan turun sekaligus.
Di
samping makna di atas, firman-Nya (ورتلنا ه ترتيلا)wa rottalnahu tartilan
dapat juga difahami dalam arti perintah untuk membacanya secara pelan dan
teratur, sejalan dengan firmannya:
ورتل القرءان ترتيلا
“Dan bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan”
(QS. Al-Muzammil (73):4).
Perintah
membaca al-Qur’an dengan perlahan adalah perintah memperjelas huruf-huruf yang
diucapkan, sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati
kandungan pesan-pesannya. Thabathaba’i mengemukakan makna lain dari penggalan
ayat ini yang akan penulis kutip setelah ini.
Kata (فؤاد) fu’ad sama dengan (قلب) qalb, hanya saja
menurut thabathaba’i ia digunakan untuk menunjuk potensi yang dengannya manusia
meraih kesadaran dan pengetahuan. Memang kata qalb bisa juga difahami dalam arti
wadah pengetahuan, di samping sebagai alat untuk mengetahui, QS. AL-Imran (3):
154 misalnya menggunakan dalam arti wada. Di sana antara lain Allah berfirman :
Yang artinya: “dan Allah (berbuat demiikian) untuk menguji
apa yang ada dalam dada kamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam kalbu
kamu. Allah Maha Mengetahui hati.”
Sedang
firman-Nya dalam QS. Al-A’raf (7):179, kata qulub digunakan dalam arti
alat untuk memahami. Di sana antara lain Allah berfirman tentang orang-orang
kafir bahwa:
لهم قلوب لا يفقهون بها
“Mereka
mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah)
Usul kaum kafir di atas sama sekali
tidak beralasan. Karena Allah swt. Tidak pernah menurunkan kitab suci-Nya
sekaligus. Sementara ulama’pun ada yang menduga bahwa taurat diturunkan
sekaligus, padahal tidaklah demikian dalam kenyataannya. Yang turun sekaligus
hanyalah “kesepuluh wasiat tuhan “(The TenComandements). Ia turun dalam
bentuk al-Alwahdan itu hanya seperti sekitar satu surah pendek
al-Qur’an. Tentu saja Nabi Musa as. Tidak hanya menerima kesepuluh wasiat itu.
Bahwa al-Alwahyang turun itu, turunnya sekaligus, karena dia dalam
bentuk material, sehingga tentu saja kesemua bagiannya harus turun sekaligus.
Ini berbeda dengan Al-Qur’an yang diterima oleh Rasulullah saw. Dalam bentuk
penyampaian lisan dan dengan tujuan seperti jawaban yang di sampaikan ayat ini.
Jawaban di maksud adalah bahwa
turunnya Al=Qur’an sedikit demi sedikit agar ayat-ayat Al-Qur’an mengukuhkan
hati nabi saw. Betapa hati beliau tidak kukuh, padahal dari saat ke saat
malaikat Jibril datang berkunjung membawa pesan-pesan Allah. Jika beliau
bersedih, maka datang firman-Nya menghibur, jika beliau kesulitan maka ayat
turun memberi jalan keluar. Kehadiran Jibril as. Membawa ketenangan dan
pengokohan jiwa kepada Nabi Muhammad saw, melebihi kehadiran ayah kepada
anaknya yang kecil yang sedang kebingungan.
Di sisi lain, nabi Muhammad saw. Dan
masyarakat pertama yang ditemui al-Qur’an adalah masyarakat yang tidak pandai
membaca dan menulis. Tuntunan al-Qur’an perlu dihayati dan diamalkan. Nah, jika
al-Qur’an turun sekaligus, maka nukan saja kesulitan penghafalannya yang akan
dialami oleh kaum muslimin yang tidak pandai membaca dan menulis itu tetapi
juga pemahaman, penghayatan, bahkan pengamalannya. Dengan turunnya Al-Qur’an
secara bertahap sedikit demi sedikit, maka sekian banyak tuntunan Al-Qur’an
dapat mereka terapkan secara bertahap, lebih-lebih tuntunan-tuntunnya yang
bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan buruk mereka, seperti meminum khamar.
Memang boleh jadi turunnya tahap demi tahap itu dapat dinilai memutuskan
hubungan bagian terdahulu daribagian yang lain, tetapi buat Al-Qur’an tidaklah
demikian keadaannya, karena seperti bunyi ayat di ataswa rattalnahu tartilan
yakni kami telah menyusunnya sedemikian rapi dan saling kait terkait.
Inilah makna lain yang dikemukakan Thabathaba’i menyangkut penggalan ayat ini.
Allah juga berkehendak agar
al-Qur’an berinteraksi dengan masyarakat. Kitab suci Al-Qur’an “hidup” di
tengah mereka, berdialog serta memecahakan probleme-problema mereka yang muncul
dari saat ke saat. Seandainya al-qur’an turun sekaligus,
maka dia tidak dapat berinteraksi dan berdialog, dan karena itu pula rattalnahu
tartilan yakni kami bacakan secara perlahan, sedikit demi sedikit
sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
B.QS.Al
FURQAN (25) :33
#·Å¡øÿs?z`|¡ômr&ur,ysø9$$Î/7»oY÷¥Å_È@wÎ)@sVyJÎ/7tRqè?ù'twur
Artinya: tidaklah orang-orang kafir itu
datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan
kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.
1.Tafsir ibnu
katsir juz:19,hal: 27-29
Qotadah
mengatakan bahwa makna tartil ialah menjelaskan, yakni kami menjelaskan
sejelas-jelasnya. Menurut ibnu Zaid, makna yang dimaksud ialah kami
menafsirkannya dengan jelas.
ولاياتونك بمثل
Tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-furqon:33)
Yaitu dengan membawa
sesuatu alasan dan tuduhan yang tidak benar.
الاجئنك
بااحقواحسن تفسيرا
Melainkan
kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-furqon:33)
Artinya, tidak
sekali-kali orang-orang kafir itu mengatakan sesuatu untuk menentang perkara
yang hak, melainkan kami sangga mereka dengan jawaban yang benar, lebih jelas,
lebih terang dan lebih fasih dari pada ucapan mereka.
Sa’id idnu zubair mengatakan dari
Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
ولاياتونك بمثل
Tidaklah orang-orang kafir itu
datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-furqon:33)
Yakni suatu
usaha untuk menjatuhkan Al-Qur’an dan Rosulullah Saw.
الا جئنك بالحق
Melainkan kami datangkan kepadamu
suatu yang benar. (Al Furqon:33), hingga akhir ayat.
Kecuali jibril
turun mengemban tugas dari Allah untuk menjawab mereka. Hal ini tiada lain
menunjukkan bukti perhatian Allah yang besar dan kemuliaan Rosulullah Swt.di
sisi-Nya, sehingga wahyu selalu datang kepadanya dari Allah Swt. Baik di pagi
hari, maupun di petang hari,di siang hari maupun di malam hari,sedang dalam
perjalanan maupun sedang berada ditempat. Setiap kali malaikat turun menemuinya
selalu membawa Al-Qur’an, lain halnya dengan cara penurunan kitab-kitab yang
terdahulu (yang diturunkan sekaligus). Hal ini merupakan suatu kedudukan yang
lebih tinggi dan lebih besar serta lebih agung ketimbang saudara-saudaranya dari
kalangan semua nabi.
Al-Qur’an adalah kitab yang paling
mulia yang diturunkan oleh Allah Swt, dan nabi Muhammad Saw. Adalah nabi yang paling
besar yang diutus oleh Allah Swt.
Al-Qur’an mempunyai dua sifat
kekhususan (dibandingkan dengan kitab-kitab terdahulu), yaitu di alam mala’ul
a’la, Al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul ‘izzah di
langit yang paling bawah. Sesudah itu Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara
berangsur-angsur menurut peristiwa dan kejadian (yang memerlukan penurunan)nya.
Imam Nasa’i telah meriwayatkan
berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Al-Qur’an
diturunkan sekaligus ke langit yang paling bawah pada malam Qodar. Kemudian
diturunkan ke bumi selama dua puluh tahun.Allah Swt. Telah berfirman:
ولاياتونك بمثل الاجئنك بااحق واحسن تفسىرا
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu
yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya. (Al-Furqon:33)
Dan firman
Allah Swt:
وقرانا فرقناه
لتقراه على الناس على مكث ونزلننه تنزيلا.
Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar
kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian
demi bagian.(Al-Isra’:106)
2. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an juz: 19, hal: 272, 295, 295.
Allah
menjanjikan bantuan dan pertolongan kepada beliau dalam perang debat dan
berbantahan.
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu
(membawa) sesuatu yang ganjil,melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang
benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Al-Furqan: 33)
Kemudian di akhir suluruh peperangan, Allah memaparkan bentuk kehancuran para pendusta agama yang terdahulu:
yaitu kaum Nabi Musa, kaum Nuh, Aad, Tsamud, para penduduk ar-Rass, dan kelompok lainnya di zaman itu.
Al-Qur’an selanjutnya terus
meneguhkan Rosulullah dan menenangkan beliau bahwa Dia akan terus memberikan
beliau hujjah yang kuat dan menang setiap kali mereka membuka satu pintu debat,
dan setiap kali mereka mengajukan sesuatu usul kepada beliau, atau membantah
beliau dengan suatu bantahan.
“tidaklah
orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami
datangkan kepadamu suatu yang benar dan
yang paling baik penjelasannya.” (Al-Furqan: 33)
Mereka berdebat dengan kebatilan,
dan Allah kemudian membantah kebatilan mereka dengan kebenaran yang
menghancurkan kebatilan itu. Kebenaran adalah tujuan yang dikehendaki al-Qur’an
untuk diwujudkan, bukan sekedar menang dalam berdebat. Namun, Ia adalah
kebenaran yang kuat secara inheren dan jelas yang tak tersamarkan dengan
kebatilan.
Allah menjanjikan kepada Rosulullah
untuk memberikan pertolongan dalam perdebatan yang terjadi antara beliau dengan
kaumnya. Beliau berada dalam kebenaran, dan Allah mendukung beliau dengan
kebenaran yang mengarahkan kebatilan. Maka, bagaimana debat mereka harus
bertahan menghadapi hujjah Allah yang kuat? Dan, bagaimana kebatilan mereka
dapat menghalangi kebenaran yang mengalahkan, yang diturunkan oleh Allah?
Perjalanan ini kemudian berakhir
dengan adegan ketika mereka di seret di atas muka mereka pada hari kiamat,
sebagai balasan atas permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan terbaliknya
ukuran dan logika mereka dalam perdebatan kosong.
3. Tafsir Al-Maroghi juz: 19, hal : 18-20
Setelah
menjelaskan kerusakan perkataan mereka dengan dalil yang shohih, selanjutnya
Allah memberikan janji yang menguatkan hati Rosul dalam menghadapi orang-orang musyrik,
bahwa Dia telah menetapkan kemenangannya atas mereka, dan bahwa mereka akan
senantiasa terkalahkan, dan perkataan mereka akan senantiasa terkalahkan, dan
perkataan mereka akan senantiasa ditolak dari segala segi:
#·Å¡øÿs?z`|¡ômr&ur,ysø9$$Î/7»oY÷¥Å_È@wÎ)@sVyJÎ/7tRqè?ù'twur
Tidak
satu pun sifat aneh yang di ajikan orang-orang musyik itu kepadamu, yang mereka
maksudkan untuk menodai kenabianmu, kecuali kami bantai dengan kebenaran yang
menolak perkataan mereka dan mematahkan segala permintaan mereka yang tolol,
kebenaran yang lebih jalas dibanding apa yang mereka katakan.
Senada
dengan ayat tersebut firman Allah:
ö@t/ ß$Éø)tR Èd,ptø:$$Î/ n?tã È@ÏÜ»t7ø9$# ¼çmäótBôusù
Artinya: Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak
itu menghancurkannya.” (Al-Anbiya’)
Ringkasan:
tidak ada satu usul pun yang rusak yang mereka lontarkan, kecuali kami
datangkan kepadamu jawaban yang menolaknya dan menjelaskan kebatilannya.
4. Tafsir Al-Azhar juz: 19, hal: 15
Pada
ayat 33 diterangkan lagi sebab ke-dua mengapa
al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus.“Dan tidaklah mereka datang dengan
suatu perumpamaan, atau tegasnya suatu masalah, melainkan kami datangkan pula
suatu kebenaran, dan dengan tafsir (penjelasan) yang sebaik-baiknya.”
Artinya diantara wahyu itu diturunkan
setelah ada sesuatu pertanyaan atau kemusykilan.Nabi sendiri secara pribadi
tidaklah sanggup memjawabnya. Barulah beliau jawab setelah datang
wahyu, ini terbukti setelah beliau pindah (hijrah) ke Madinah, banyak
pertanyaan datang, sampai urusan haid (perempuan datang bulan), sampai urusan
harta benda yang didapat dalam perang, sampai urusan minum khamar (alkohol) dan
perjudian, semua pertanyaan itu dijawab
oleh Wahyu. Di Makkah pun pernah kaum Quraisy bertanya tentang Raja
Iskandar Zulkarnain, pun datang dengan
wahyu.
Itulah
sebabnya al-Qur’an tidak turun sekaligus. Kalau dia turun sekaligus, niscaya
kita tidak akan memahamkan isinya. Sebab al-Qur’an tidak semata-mata do’a
munajat kepada Tuhan, sebagai Kitab Zabur misalnya, tetapi pun mengenai juga
segi-segi kegiatan dan perkembangan masyarakat setiap masa.
6.Tafsir Al-Misbah juz:19, hal: 471-473
Ayat
33 di atas yang menyatakan bahwa: “tidaklah mereka
datang kepardamu sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu suatu
yang haq dan yang paling baik penjelasannya.”Mengisyaratkan bahwa dalam
interaksi al-Qur’an dengan masyarakat, tidak jarang timbul sanggahan dan
pertanyaan.Jika al-Qur’an turun sekaligus, maka pastilah Nabi Muhammad Saw. Harus mencari dan membuka lembaran al-Qur’an atau ingatan beliau guna
menemukan jawaban pertanyaan dan sanggahan itu. Di samping itu, jawaban
demikian akan menjadikannya tidak sesegar jawaban spontan. Berbeda jika ia
turun dari saat ke saat, menjawab setiap sanggahan dan pertanyaan. Demikian
ketiga ayat di atas menjelaskan mengapa al-Qur’an turun sedikit demi sedikit.
Thahir
Ibnu ‘Asyur- dan banyak ulama lain – berpendapat bahwa hanya penggalan (لنثبت به فؤادك) li nutsabbita bihi fuadaka yang merupakan
jawaban atas usul atau keberatan kaum kafir itu tentang cara turun al-Qur’an,
adapun rottalnahu tartilan maka ia adalah penjelasan tentang
keistimewaan al-Qur’an atau perintah membacanya dengan perlahan. Sedang ayat 33
menurutnya bertujuan membantah semua tuduhan dan dalih kaum kafir, baik yang
telah lalu maupun yang akan datang, dan bahwa semua itu terbantahkan dangan
dalil-dalil yang sangat jelas. Ayat ini menurutnya berarti: mereka tidak
mendatangkan satu dalih yang menyamarkan keadaanmu wahai Nabi Muhammad Saw. Dan
yang bertujuan membedakanmu dengan para rosul Allah yang lain melainkan kami
membatalkan upaya mereka itu sambil membuktikan bahwa kerosulan dan kenabian
tidaklah berkaitan dengan apa yang mereka duga dan ucapkan, baik secara langsung
seperti bahwa al-Qur’an adalah dongengan orang dahulu, atau bahwa engkau bukan
Rosul karena makan dan masuk pasar, maupun secara tidak langsung , seperti usul
mereka agar diturunkan kepada mereka malaikat atau al-Qur’an diturunkan
sekaligus.
Firman-firman
Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. Melalui Malaikat jibril itu turun
dalam rentang waktu dua puluh dua tahun lebih. Itu agaknya mengisyaratkan bahwa
bacaan / pendidikan, baru dapat menunjukkan hasilnya setelah berlalu masa
sepanjang itu.Memang kemajuan atau kemunduran suatu masyarakat ditentukan oleh
Sumber Daya Manusianya, dan ini ditentukan oleh bacaan dan pendidikannya. Generasi muda yang dididik, baru akan
tampil sekitar dua puluh tahun dari awal masa pendidikan. Ketika itu baru akan nampak peranan mereka yang diarahkan oleh bacaan dan pendidikan selama
ini. lah Dan karena itu pulalah agaknya Allah Swt. Tidak menurunkan al-Qur’an
sekaligus, dan menjadikannya bertahap dalam dua puluh tahun lebih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Imam
Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemah Bahrun Abu Bakar, L.C.Tafsir Ibnu Katsir, Juz: 19. (Bandung:
Sinar Baru Algensindo, 2004)
Sayyid Quthb,
Terjemah As’ad Yasin, Tafsir Fi Zhilalil
Qur’an, Juz: 19. (Jakarta: Gena insani press, 2004)
Ahmad Mustafa Al-Maragi,
Terjemah Bahrun Abubakar, L.C. Tafsir
Al-Maragi, Juz: 19. (
Semarang: Karya Thoha Putra, 1993)
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz: 19.(Jakarta: PT
Pustaka Panjimas, 1982)
M, Quraish Shihab,
Tafsir Al-Mishbah, Juz: 19 (Jakarta:
Lentera Hati, 2002)
DAKWAH SECARA BERTAHAP
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir I
DOSEN;
Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag.
Oleh:
Syifaul Ummah
NIM. B73211080
FAKULTAS DAKWAH
BIMBINGAN DAN
KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
No comments:
Post a Comment