Sunday, June 24, 2012

SYIFAUL UMMAH..(TUGAS TAFSIR)

TAFSIR

DAKWAH SECARA BERTAHAP


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir I


DOSEN;

Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag.


 

Oleh:

Syifaul Ummah
NIM. B73211080





FAKULTAS DAKWAH
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012


DAKWAH SECARA BERTAHAP

A.QS.Al FURQON (25) :32
tA$s%ur tûïÏ%©!$# (#rãxÿx. Ÿwöqs9 tAÌhçR Ïmøn=tã ãb#uäöà)ø9$# \'s#÷Häd ZoyÏnºur 4 y7Ï9ºxŸ2 |MÎm7s[ãZÏ9 ¾ÏmÎ/ x8yŠ#xsèù ( çm»oYù=¨?uur WxÏ?ös? ÇÌËÈ
Artinya:           Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066] supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).
1.Tafsir ibnu katsir juz:19, hal: 26-29.
            Allah swt. Menceritakaan tentang sikap orang-orang kafir yang banyak menentang dan ingkar, juga keusilan mereka terhadap hal yang bukan urusan mereka, karena mereka mengatakan seperti yang disitir oleh firman-Nya:
لولانزلعله القران جملة واحدة
Mengapa Al-qur’an ini tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?(Al-furqon:32)
Yakni mengapa Al-qur’an yang diwahyukan kepada Muhammad tidak diturunkan sekali turun saja, sebagaimana telah diturunkan kitab-kitab yang sebelumnya sekaligus, seperti kitab taurat, injil, zabur dan kitab-kitab samawi lainnya?
            Maka Allah Swt menjawab perkataan tersebut. Sesungguhnya dia menurunkan Al-qur’an secara berangsur-angsur selam dua puluh tiga tahun menurut peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang berkaitandengannya serta menurut hukum yang diperlukan, tiada lain untuk meneguhkan hati orang-orang mukmin terhadapnya. Sebagaimana yang disebutkan didalam ayat lain melalui firman-Nya:
وقوانا فرقنه
Dan Al-qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur.(Al-Isra:106), hingga akhir ayat.
Dalam ayat berikut ini disebutkan oleh firma-Nya:
لنثبت به فؤادك ورتلنه تر تيلا
            supaya kami perkuat hatimu dengannyadan kami membacakannya secara tartil.(Al-furqan:32)
Qotadah mengatakan bahwa makna tartil ialah menjelaskan, yakni kami menjelaskan sejelas-jelasnya. Menurut ibnu Zaid, makna yang dimaksud ialah kami menafsirkannya dengan jelas.
ولاياتونك بمثل
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-furqon:33)
Yaitu dengan membawa sesuatu alasan dan tuduhan yang tidak benar.
الاجئنك بااحقواحسن تفسيرا
Melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-furqon:33)
Artinya, tidak sekali-kali orang-orang kafir itu mengatakan sesuatu untuk menentang perkara yang hak, melainkan kami sangga mereka dengan jawaban yang benar, lebih jelas, lebih terang dan lebih fasih dari pada ucapan mereka.
            Sa’id idnu zubair mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
ولاياتونك بمثل
            Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-furqon:33)
Yakni suatu usaha untuk menjatuhkan Al-Qur’an dan Rosulullah Saw.
الا جئنك بالحق
            Melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar. (Al Furqon:33), hingga akhir ayat.
            Kecuali jibril turun mengemban tugas dari Allah untuk menjawab mereka. Hal ini tiada lain menunjukkan bukti perhatian Allah yang besar dan kemuliaan Rosulullah Swt.di sisi-Nya, sehingga wahyu selalu datang kepadanya dari Allah Swt. Baik di pagi hari, maupun di petang hari,di siang hari maupun di malam hari,sedang dalam perjalanan maupun sedang berada ditempat. Setiap kali malaikat turun menemuinya selalu membawa Al-Qur’an, lain halnya dengan cara penurunan kitab-kitab yang terdahulu (yang diturunkan sekaligus). Hal ini merupakan suatu kedudukan yang lebih tinggi dan lebih besar serta lebih agung ketimbang saudara-saudaranyadari kalangan semua nabi.
            Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia yang diturunkan oleh Allah Swt, dan nabi Muhammad Saw. Adalah nabi yang paling besar yang diutus oleh Allah Swt. Al-Qur’an mempunyai dua sifat kekhususan (dibandingkan dengan kitab-kitab terdahulu), yaitu di alam mala’ul a’la, Al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul ‘izzah di langit yang paling bawah. Sesudah itu Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur menurut peristiwa dan kejadian (yang memerlukan penurunan)nya.
            Imam Nasa’i telah meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke lanit yang paling bawah pada malam Qodar. Kemudian diturunkan ke bumi selama dua puluh tahun.Allah Swt. Telah berfirman:
ولاياتونك بمثل الاجئنك بااحق واحسن تفسىرا
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-Furqon:33)
Dan firman Allah Swt:
وقرانا فرقناه لتقراه على الناس على مكث ونزلننه تنزيلا.
Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.(Al-Isra’:106)
2. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an juz: 19, hal: 271, 274, 295
            Mereka menolak cara penurunan Al-Qur’an dengan mengatakan.
“mengapa Al-Qur’an itu tidak di turunkan kepadanya sekali turun saja?” (Al-Furqan: 32)
            Hal itu mereka lakukan di samping pendustaan, cercaan, ejekan, dan dusta mereka terhadap beliau dan risalah yang beliau bawah.
            Rasulullah dengan tegar menghadapi itu semua, dalam keadaan sendirian tanpa dibekali kekuasaan dan harta,  sambil  berpegang bahwa batas tugasnya disisi Allah tanpa mengusulkan sesuatu kepada-Nya. Hal itu hanya makin mendorong beliau untuk bertawajjuh kepada Rabbnya, untuk mengharapkan keridhaan-Nya, tanpa menghiraukan segala sesuatu selain-Nya, dan berdo’a,
“Wahai Rabbku, seandainya Engkau tak murka kepadaku, maka aku tak pedulikan segala rintangan dan kesulitan yang menghadangku. Kepada-Mulah aku menuju hingga Engkau ridha kepadaku.”
            Di sini, dalam surah ini, Allah merengku beliau ke dalam “dekapan”-Nya.Menghapuskan kepedihan dan kelelahan beliau, menghibur dan menyenangkan hati beliau serta menghilangkan beban kesulitan yang beliau rasakan setelah menyaksikan pembangkangan orang-orang kafir, dan buruknya perilaku aniaya mereka. Allah merengkuh Nabi-Nya dengan menjelaskan bahwa ketika itu mereka sebenarnya berarti sedang membangkang terhadap khalik mereka dan sang pemberi rizki mereka, yang merupakan pencipta seluruh semesta alam ini, dan penentu takdir serta pengatur semesta ini. Sehingga tak seharusnya Nabi saw. Merasa tertekan, karena pada hakikatnya segala perbuatan mereka itu hanpa tak berguna!
            Mereka juga mengkritik cara penurunan Al-Qur’an, dengan mengatakan,
“mengapa Al-Qur’an itu tidak di turunkan sekali turun saja?”( Al-Furqan: 32)
            Kemudian Allah mengiringi kritik mereka itu dengan adegan mereka pada hari kiamat, ketika mereka dikumpulkan dengan diseret muka mereka, sementara mereka mendustakan hari kiamat itu.  Juga menggambarkan akibat yang ditanggung oleh para pendusta agama sebelum mereka, seperti kaum Musa, kaum Nuh, Aad, Tsamud, penduduk ar-Rass, dan orang-orang pada zaman itu. Al- Qur’an juga mengungkapkan keheranan atas sikap mereka yang sering melewati kampung Luth yang telah dihancurkan itu, tapi mereka tetap saja tak mengambil pelajaran dari kejadian tersebut.
            Redaksi Al-Qur’an memaparkan perkataan pada pembuat dosa itu yang menghalangi dakwah Al-Qur’an, sambil membantah perkataan mereka,
“berkatalah orng-orang yang kafir, “mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?” Demikianlah supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (secara teratur dan benar).”Al-Furqan:32”
            Al-Qur’an ini datang untuk mendidik umat, membangun masyarakat, dan mendirikan sistem.Pendidikan memerlukan waktu, pengaruh, dan reaksi terhadap kata-kata, serta gerak yang menterjamahkan pengaruh dan reaksi tersebut di dalam realitas. Sementara jiwa manusia tak berubah menjadi sosok yang sempurna dan paripurna hanya dalam waktu sehari semalam dengan membaca kitap yanf sempurna dan paripurna tentang manhaj yang baru.
            Namun, ia terpengaruh dari hari ke hari dengan satu segi dari manhaj ini,dan secara berangsur-angsur meningkat sedikit demi sedikit, sehingga ia tak merasa berat menanggungnya. Berbeda halnya jika beban itu ia terima sekaligus dalam bentuk yang basar, berat, dan sulit. Ia tumbuh setiap hari dengan panganan yang bergizi. Sehingga pada hari berikutnya ia menjadi sosok yang lebih siap untuk mengkonsumsi panganan berikutnya, dan lebih mampu menerima dan menikmatinya.
            Al-Qur’an datang dengan manhaj yang sempurna dan paripurna bagi kehidupan seluruhnya. Pada waktu yang sama ia datang membawa manhaj tarbiah yang sesuai dengan fitrah umat manusia yang diketahui dari pengajaran penciptanya. maka, Al-Qur’an itu datang secara berangsur-angsur sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan yang hidup bagi masyarakat muslim, ketika ia berada di jalan pertumbuhan dan perkembangannya. Juga sesuai dengan kesiapannya yang tumbuh dari hari ke hari dalam naungan manhaj pendidikan ilahi yang cermat.
            Ia datang sebagai manhaj terbiah dan manhaj kehidupan, bukan sebagai kitap budaya yang hanya untuk dinikmati semata atau sumber penggetahuan semata. Ia datang untuk dijalankan secara huruf per huruf dan kata per kata, serta satu kewajiban ke satu kewajiban. Ia datang agar ayat-ayatnya menjadi  “perintah harian” yang diterima oleh kaum muslimin pada waktunya untuk ia kerjakan segera setelah menerimanya seperti tentara menerima perintah harian dibaraknya atau di medan perang disertai dengn keterpengaruhan diri, pemahaman. Dan keinginan untuk melaksanakan, sambil menyesuaikan diri dengan perintah itu ketika ia menerimanya.
            Oleh karena itulah, Al-Qur’an diturunkan secara gradual (bertahap).Penjelasan yang pertama diberikan tentang manhajnya disampaikan kepada hati Rosulullah dan meneguhkan hati beliau di jalan manhaj itu.Kemudian terus memantau fase-fase perjalanan manhaj itu satu bacaan demi satu bacaandan satu bagian demi satu bagian,
“Demikianlah supaya kami perkuat hatimu denan nya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)
            Kata tartil di sini bermakna berkesinambungan dan berturut-turut secara teratur sesuai dengan hikmah Allah dan ilmu-Nya tentang kebutuhan-kebutuhan hati tersebut dan kesiapannya untuk menerima.
            Dengan manhaj itu, Al-Qur’an telah dapat mewujudkan mukjizat-mukjizat dalam membentuk jiwa-jiwa yang menerima Al-Qur’an itu dengan membaca Al-Qur’an secara tartil, dan terpengaruh dengannya dari ke hari serta mencetak dirinya dengan al-Qur’an itu satu langkah demi satu langkah.Kemudian ketika kaum muslim melupakan manhaj ini, dan mereka menjadikan Al-Qur’an hanya sebagai kitab budaya dan kitab bacaan untuk ibadah, bukan manhaj pendidikan untuk membentuk dan mencetak jiwa, serta manhaj kehidupan untuk dikerjaan dan dilaksanakan,maka mereka pun tak dapat mengambil sesuatu manfaat apapun dari Al-Qur’an. Karena, mereka telah keluar dari manhajnya yang telah digariskan oleh Allah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
            Al-Qur’an selanjutnya terus meneguhkan Rorulullah dan memenangkan beliau bahwa Dia akan terus memberika beliau hujjah yang kuat dan menang setiap kali mereka membuka satu pintu debat, dan setiap kali mereka mengajukan sesuatu usul kepada beliau, atau membantah beliau dengan suatu bantahan.
3. Tafsir Al-Maroghi juz: 19, hal 16-18
oyÏnºur\'s#÷HädZb#uäöà)ø9$#møn=tããAÌhçRwöqs9#rãxÿx.ŸûïÏ%©!$#(A$s%ur
            Orang-orang yahudi berkata, “mengapa Al-Qur’an diturunkan kapada nabi Muhammad tidak sekaligus,sebagaimana kitab-kitab terdahulu diturunkan kepada paraNabi.”Ini adalah tuduhan yang bathil dan pengakuan yang rusak, karena kitab-kitab diturunkan secara berkala. Taurat diturunkan secara bertahap dalem masa 18 tahun, sebagaimana dibuktikan oleh nash-nash Taurat sendiri dan tidak ada bukti pasti yang berlawanan dengannya, baik dari kitab maupun dari sunnah, sabagaimana halnya Al-Qur’an diturunkan. Akan tetapi, mereka menentang atau jahil, tidak mengetahui bagaimana kitab-kitab Allah diturunkan kepada para Nabi-Nya.Jadi, ini adalah penentangan yang tidak berdasar, karena al-I’jaz (susunan perkataan yang indah) tidak bisa diperselisihkan dengan penurunannya secara sekaligus maupun bertahap.
            Allah menyangga perkataan mereka dan menunjuk kepada sebab penurunannya secara bertahap:
y 8yŠ#xsèùÏmÎ/MÎm7s[ãZÏ97Ï9ºxŸ2
            Kami menurunkan Al-Qur’an dengan cara demikian untuk menguatkan hatimu dengan mengulang-ulang dan menghafalnya, sebagaimana firman Allah:
xƒÍ\s?çm»oYø9¨tRurW4;]õ3ãBn?tã¨$¨Z9$#n?tãÄnr&tø)tGÏ9m»oYø%tsù$ZR#uäöè%ur
Artinya: Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya    perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.
            Secara ringkas, faidah-faidah itu ialah:
·         Pertama: Rosulullah adalah seorang yang ummiy, tidak bisa membaca tidak pula manulis. Sekiranya Al-Qur’an diturunkan sekaligus, sudah tentu akan sulit baginya untuk menghafalnya, dan boleh jadi beliau akan lupa dan keliru.
·         Kedua: Al-Qur’an diturunkan demikian agar menghafalnya dapat lebih sempurna dan terhindar dari penghabaian serta perolehan hasil yang sedikit.
·         Ketiga: jika Al-Qur’an diturunkan kepada makhluk sekaligus, sudah tentu syari’at diturunkan seluruhnya kepada mereka sekaligus. Dan ini jelas akan menyulitkan mereka karena banyaknya taklif yang diturunkan sekaligus itu. Akan tetapi, dengan diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur maka tasyri’ pun datang secara bertahap. Dengan demikian, untuk memikul dan melaksanakannya akan lebih mudah bagi mereka.
·         Keempat: jika Rosulullah Saw. Menyaksikan jibril dari waktu ke waktu, maka hatinya akan kuat untuk memikul apa yang dibebankan kepadanya, bersabar dalam menjalankan beban kenabian, menanggung penganiayaan kaumnya, dan mampu melaksanakan jihad yang berlangsung sepanjang hidupnya.
·         Kelima: Al-Qur’an diturunkan dengan cara demikian, karena sesuai dengan pertanyaan dan peristiwa. Maka, hal itu dapat menambah sikap tanggap mereka terhadap agama mereka.
·         Keenam: ketika Al-Qur’an diturunkan secara bertahapdan mereka ditantang untuk membuat seperti bagian-bagiannya, mereka tidak mampu melawannya. Maka, sudah tentu menurut orang yang bijak mereka akan lebih lemah untuk melawannya secara keseluruhannya.
·         Ketujuh: beberapa hukum syari’ah datang pada permulaan penurunan wahyu sesuai dengan keadaan kaum yang hukum-hukum itu diturunkan kepada mereka, dan sesuai dengan adat yang mereka pegang. Tetapi, ketika Allah menerangi hati mereka dengan petunjuk Rosulnya, maka sebagian keadaan mereka menjadi berubah dan diri mereka siap untuk menerima tasyri’ yang makin mensucikan mereka serta menghilangkan kotoran jahiliyah yang melekat pada mereka. Kemudian, datng tasyri’ baru yang sempurna dan sesuai dengan keadaan. Sekirannya al-Qur’an diturunkan sekaligus, sudah tentu perubahan tersebut akan sulit tercapai.
                    xÏ?ös?m»oYù=¨?uur
            Kami turunkan Al-Qur’an kepadamu dengan berangsur-angsur dan kami bacakan dari lisan Jibril sedikit demi sedikit dalam masa 23 tahun.
            Janji Allah akan melenyapkan tuduhan
             yang mereka lontarkan.
4. Tafsir Al-Azhar juz: 19, hal: 14-15
            Pada ayat 32 dibayangkan lagi usul kaum kafir itu agar Al-Qur’an itu diturunkan sekaligus saja. Maraka mencari-cari saja soal-soal yang akan diusulkan. Dahulu mereka mengkritik mengapa nabi makan dan minum, mengapa nabi masuk pasar ke luar pasa.kemudian diusulkannya pula kepada nabi itu membawa pengiring dan pembantu yang terdiri dari pada bangsa malaikat. Kemudian diusulkannya pula supaya Nabi itu kaya raya mempunyai perbendaharaan yang besar ada pula usul mereka supaya Nabi mempunyai kebun yang luas. Bahkan pernah mereka mengusulkan hendak melihat betapa rupa malaikat. Dan ada yang lebih hebat lagi, mereka mengusulkan hendak melihat betapa rupanya tuhan itu. Sekarang datang lagi usul lain, yaitu supaya al-Qur’an diturunkan sekaligus saja. Jang terpotong-potong, seayat demi seayat sebagai sekarang.
            Meskipun segala usul dan sanggahan itu dipandang dari hati yang mu’min adalah soal kecil belaka, namun bagi orang yang imannya sedang dibangun perlu juga penerangan yang jelas. Usulan yang demikian akan mereka turuti lagi dengan usulan yang lain, yang kadang-kadang amat ganjil, lucu dan jenak,memperhatikan kecilnya jiwa orang-orang yang kafir itu. Namun Tuhan masih menunjukkan jawabaNya kepada Nabi utusanNya.
            Tuhan menerangkan: Demikianlah adanya: supaya kami tetapkan hatimu.
            Turun Al-Qur’an ayat demi ayat,sehingga setiap yang tiba dapat masuk kedalam hati. dan dapat meneguhkan hati kemudian itu “Wa Rottalnaahu tartila” . kami ajakkan kepadamu membacanya dengan sebenar-benar bacaan.
            Konon setiap ayat yang telah turun, diajarkan lagi oleh malaikat jibril kepada nabi dengan bacaan yang seksama, sehingga nama ayat yng telah turun, terus sekali masuk menyelinap ke dalam hati, bukan hanya semata-mata masuk, ke dalam catatan surat. Dan diajarkan pula oleh nabi seayat demi seayat kepada para sahabat.
            Di dalam surat Al-Baqarah ayat 121 tuhan menerangkan:
tûïÏ%©!$# ãNßg»oY÷s?#uä |=»tGÅ3ø9$# ¼çmtRqè=÷Gtƒ ¨,ym ÿ¾ÏmÏ?urŸxÏ? y7Í´¯»s9'ré& tbqãZÏB÷sム¾ÏmÎ/ 3
 “ Orang-orang yang Telah kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya[84], mereka itu beriman kepadanya. dan barangsiapa yang ingkar kepadanya.”
            Pembacaan yang benar-benar itu hanya akan di dapat jika setiap yang turun dibaca dengan seksama,  dengan tartil. Tetapi kalau diturunkan sekaligus, mungkin dibaca juga, namun karena banyaknya menjadi ragu, mana yang akan didahulukan. Itula sebabnya maka “arra’i-lul awwal”, rombongan penyambut islam yang pertama amat besar pengaruh al-Qur’an kepada dirinya, sebab  Setiap ayat yang datang dia memahamkan benar-benar ayat demi ayat.
            Itulah sebabnya pula, setelah Al-Qur’an menjadi mushaf, telahterkumpul semuanya, banyak orang yang hafal Al-Qur’an, Cuma menghafal saja namun pengaruh pada jiwanya tidak ada. Inilah yang dikatakan nabi bahwa nanti akan datang zamannya orang membaca Al-Qur’an laksana dengung lebah terbang, tetapi iman tidak sampai masuk ke bawah dari kerongkongannya.
5. Tafsir Al-Misbah juz:19, hal: 468-471
            Ayat ini kembali menguraikan keberatan-keberatan dan dalih-dalih kaum musyrikin yang mereka arahkan kepada Al-Qur’an. Kali ini ayat diatas menjelaskan bahwa: Dan berkata juga orang-orang yang kafir itu:mengapa tidak diturunkan kepadanya Al-Qur’an sekali turu saja?”. Demikianlah melalui malaikat Jibril kami menurunkannya berangsur-angsur, sedikit demi sedikit supaya malaikat itu datang berkali-kali membawanya kepadamu dan dengan demikian Kami perkuat dengannya yakni dengan turunnya berkali-kali itu hatimu dan Kamimelalui malaikat Jibril membacakannya secara tartil yakni teratur dan benar sehingga semakin mudah bagimu memahami, menghayati maknanya dan menghafalnya. Di sisi lain tidaklah mereka yakni orang-orang kafir itu atau siapa pun selain mereka yang datang kepadamu sekarang atau masa mendatang dengan membawah sesuatuyang aneh baik pertanyaan, tuduhan maupun sanggahan menyangkut tugas-tugasmu sebagai Nabi dan Rasul, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu keteranganyang haq yakni penuh kebenaran dan yang paling baik penjelasannya sehingga pertanyaan atau sanggahan mereka terpatahkan.
            Kata (نزل) nuzzila difahami oleh sementara ulamadalam arti turun sedikit demi sedikit,serupa dengan kata (انزل)unzilatetapi pendapat ini dihadang oleh kalimat sesudahnya yaitu(جملة واحدة) jumlatan wahidah/ sekali turun.Dengan demikian pendapat tersebut bukan pada tempatnya.
            Kata (تر تيلا)tartilanterambil dari kata (رتل) ratila/ teratur.Kamus-kamus bahasa menggunakan contoh penggunaan kata itu dengan melukiskan gigi yang teratur  rapi atau banteng yang kuat dan kokoh. Sementara ulama memahami kata tersebut disini sebagai penjelasan keadaan Al-Qur’an yang turun itu.Dalam arti bahwa Allah menurunkannya sangat serasi, teratur lagi indah dalam lafadz dan maknanya serta tidak berumpuk-tumpuk karena tidak turun sekaligus, tidak berangsur-angsur. Ayat-ayatnya yang tersusun rapi serta sangat serasi itu walau turun dalam waktu yang berbeda-beda, namun keserasiannya dan keteraturannya menjadikan ia bagaikan turun sekaligus.
            Di samping makna di atas, firman-Nya (ورتلنا ه ترتيلا)wa rottalnahu tartilan dapat juga difahami dalam arti perintah untuk membacanya secara pelan dan teratur, sejalan dengan firmannya:
ورتل القرءان ترتيلا
“Dan bacalah al-Qur’an dengan perlahan-lahan” (QS. Al-Muzammil (73):4).
Perintah membaca al-Qur’an dengan perlahan adalah perintah memperjelas huruf-huruf yang diucapkan, sehingga pembaca dan pendengarnya dapat memahami dan menghayati kandungan pesan-pesannya. Thabathaba’i mengemukakan makna lain dari penggalan ayat ini yang akan penulis kutip setelah ini.
            Kata (فؤاد) fu’ad sama dengan (قلب) qalb, hanya saja menurut thabathaba’i ia digunakan untuk menunjuk potensi yang dengannya manusia meraih kesadaran dan pengetahuan. Memang  kata qalb bisa juga difahami dalam arti wadah pengetahuan, di samping sebagai alat untuk mengetahui, QS. AL-Imran (3): 154 misalnya menggunakan dalam arti wada. Di sana antara lain Allah berfirman :
Yang artinya: “dan Allah (berbuat demiikian) untuk menguji apa yang ada dalam dada kamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam kalbu kamu. Allah Maha Mengetahui hati.”
Sedang firman-Nya dalam QS. Al-A’raf (7):179, kata qulub digunakan dalam arti alat untuk memahami. Di sana antara lain Allah berfirman tentang orang-orang kafir bahwa:
لهم قلوب لا يفقهون بها
“Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah)
            Usul kaum kafir di atas sama sekali tidak beralasan. Karena Allah swt. Tidak pernah menurunkan kitab suci-Nya sekaligus. Sementara ulama’pun ada yang menduga bahwa taurat diturunkan sekaligus, padahal tidaklah demikian dalam kenyataannya. Yang turun sekaligus hanyalah “kesepuluh wasiat tuhan “(The TenComandements). Ia turun dalam bentuk al-Alwahdan itu hanya seperti sekitar satu surah pendek al-Qur’an. Tentu saja Nabi Musa as. Tidak hanya menerima kesepuluh wasiat itu. Bahwa al-Alwahyang turun itu, turunnya sekaligus, karena dia dalam bentuk material, sehingga tentu saja kesemua bagiannya harus turun sekaligus. Ini berbeda dengan Al-Qur’an yang diterima oleh Rasulullah saw. Dalam bentuk penyampaian lisan dan dengan tujuan seperti jawaban yang di sampaikan ayat ini.
            Jawaban di maksud adalah bahwa turunnya Al=Qur’an sedikit demi sedikit agar ayat-ayat Al-Qur’an mengukuhkan hati nabi saw. Betapa hati beliau tidak kukuh, padahal dari saat ke saat malaikat Jibril datang berkunjung membawa pesan-pesan Allah. Jika beliau bersedih, maka datang firman-Nya menghibur, jika beliau kesulitan maka ayat turun memberi jalan keluar. Kehadiran Jibril as. Membawa ketenangan dan pengokohan jiwa kepada Nabi Muhammad saw, melebihi kehadiran ayah kepada anaknya yang kecil yang sedang kebingungan.
            Di sisi lain, nabi Muhammad saw. Dan masyarakat pertama yang ditemui al-Qur’an adalah masyarakat yang tidak pandai membaca dan menulis. Tuntunan al-Qur’an perlu dihayati dan diamalkan. Nah, jika al-Qur’an turun sekaligus, maka nukan saja kesulitan penghafalannya yang akan dialami oleh kaum muslimin yang tidak pandai membaca dan menulis itu tetapi juga pemahaman, penghayatan, bahkan pengamalannya. Dengan turunnya Al-Qur’an secara bertahap sedikit demi sedikit, maka sekian banyak tuntunan Al-Qur’an dapat mereka terapkan secara bertahap, lebih-lebih tuntunan-tuntunnya yang bertentangan dengan kebiasaan-kebiasaan buruk mereka, seperti meminum khamar. Memang boleh jadi turunnya tahap demi tahap itu dapat dinilai memutuskan hubungan bagian terdahulu daribagian yang lain, tetapi buat Al-Qur’an tidaklah demikian keadaannya, karena seperti bunyi ayat di ataswa rattalnahu tartilan yakni kami telah menyusunnya sedemikian rapi dan saling kait terkait. Inilah makna lain yang dikemukakan Thabathaba’i menyangkut penggalan ayat ini.
            Allah juga berkehendak agar al-Qur’an berinteraksi dengan masyarakat. Kitab suci Al-Qur’an “hidup” di tengah mereka, berdialog serta memecahakan probleme-problema mereka yang muncul dari saat ke saat. Seandainya al-qur’an turun sekaligus, maka dia tidak dapat berinteraksi dan berdialog, dan karena itu pula rattalnahu tartilan yakni kami bacakan secara perlahan, sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

B.QS.Al FURQAN (25) :33
Ÿ#·ŽÅ¡øÿs?z`|¡ômr&ur,ysø9$$Î/7»oY÷¥Å_È@wÎ)@sVyJÎ/7tRqè?ù'tƒwur
Artinya:           tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.
1.Tafsir ibnu katsir juz:19,hal: 27-29
Qotadah mengatakan bahwa makna tartil ialah menjelaskan, yakni kami menjelaskan sejelas-jelasnya. Menurut ibnu Zaid, makna yang dimaksud ialah kami menafsirkannya dengan jelas.
ولاياتونك بمثل
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-furqon:33)
Yaitu dengan membawa sesuatu alasan dan tuduhan yang tidak benar.
الاجئنك بااحقواحسن تفسيرا
Melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-furqon:33)
Artinya, tidak sekali-kali orang-orang kafir itu mengatakan sesuatu untuk menentang perkara yang hak, melainkan kami sangga mereka dengan jawaban yang benar, lebih jelas, lebih terang dan lebih fasih dari pada ucapan mereka.
            Sa’id idnu zubair mengatakan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:
ولاياتونك بمثل
            Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil. (Al-furqon:33)
Yakni suatu usaha untuk menjatuhkan Al-Qur’an dan Rosulullah Saw.
الا جئنك بالحق
            Melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar. (Al Furqon:33), hingga akhir ayat.
Kecuali jibril turun mengemban tugas dari Allah untuk menjawab mereka. Hal ini tiada lain menunjukkan bukti perhatian Allah yang besar dan kemuliaan Rosulullah Swt.di sisi-Nya, sehingga wahyu selalu datang kepadanya dari Allah Swt. Baik di pagi hari, maupun di petang hari,di siang hari maupun di malam hari,sedang dalam perjalanan maupun sedang berada ditempat. Setiap kali malaikat turun menemuinya selalu membawa Al-Qur’an, lain halnya dengan cara penurunan kitab-kitab yang terdahulu (yang diturunkan sekaligus). Hal ini merupakan suatu kedudukan yang lebih tinggi dan lebih besar serta lebih agung ketimbang saudara-saudaranya dari kalangan semua nabi.
            Al-Qur’an adalah kitab yang paling mulia yang diturunkan oleh Allah Swt, dan nabi Muhammad Saw. Adalah nabi yang paling besar yang diutus oleh Allah Swt.
            Al-Qur’an mempunyai dua sifat kekhususan (dibandingkan dengan kitab-kitab terdahulu), yaitu di alam mala’ul a’la, Al-Qur’an diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfuz ke Baitul ‘izzah di langit yang paling bawah. Sesudah itu Al-Qur’an diturunkan ke bumi secara berangsur-angsur menurut peristiwa dan kejadian (yang memerlukan penurunan)nya.
            Imam Nasa’i telah meriwayatkan berikut sanadnya melalui Ibnu Abbas yang telah mengatakan bahwa Al-Qur’an diturunkan sekaligus ke langit yang paling bawah pada malam Qodar. Kemudian diturunkan ke bumi selama dua puluh tahun.Allah Swt. Telah berfirman:
ولاياتونك بمثل الاجئنك بااحق واحسن تفسىرا
Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya. (Al-Furqon:33)
Dan firman Allah Swt:
وقرانا فرقناه لتقراه على الناس على مكث ونزلننه تنزيلا.
Dan Al-Qur’an itu telah kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian.(Al-Isra’:106)
2. Tafsir Fi Zhilalil Qur’an juz: 19, hal: 272, 295, 295.
            Allah menjanjikan bantuan dan pertolongan kepada beliau dalam perang debat dan berbantahan.
“Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil,melainkan kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya.” (Al-Furqan: 33)
Kemudian di akhir suluruh peperangan, Allah memaparkan bentuk kehancuran para pendusta agama yang terdahulu: yaitu kaum Nabi Musa, kaum Nuh, Aad, Tsamud, para penduduk ar-Rass, dan kelompok lainnya di zaman itu.
            Al-Qur’an selanjutnya terus meneguhkan Rosulullah dan menenangkan beliau bahwa Dia akan terus memberikan beliau hujjah yang kuat dan menang setiap kali mereka membuka satu pintu debat, dan setiap kali mereka mengajukan sesuatu usul kepada beliau, atau membantah beliau dengan suatu bantahan.
“tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu (membawa) sesuatu yang ganjil, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang benar  dan yang paling baik penjelasannya.” (Al-Furqan: 33)
            Mereka berdebat dengan kebatilan, dan Allah kemudian membantah kebatilan mereka dengan kebenaran yang menghancurkan kebatilan itu. Kebenaran adalah tujuan yang dikehendaki al-Qur’an untuk diwujudkan, bukan sekedar menang dalam berdebat. Namun, Ia adalah kebenaran yang kuat secara inheren dan jelas yang tak tersamarkan dengan kebatilan.
            Allah menjanjikan kepada Rosulullah untuk memberikan pertolongan dalam perdebatan yang terjadi antara beliau dengan kaumnya. Beliau berada dalam kebenaran, dan Allah mendukung beliau dengan kebenaran yang mengarahkan kebatilan. Maka, bagaimana debat mereka harus bertahan menghadapi hujjah Allah yang kuat? Dan, bagaimana kebatilan mereka dapat menghalangi kebenaran yang mengalahkan, yang diturunkan oleh Allah?
            Perjalanan ini kemudian berakhir dengan adegan ketika mereka di seret di atas muka mereka pada hari kiamat, sebagai balasan atas permusuhan mereka terhadap kebenaran, dan terbaliknya ukuran dan logika mereka dalam perdebatan kosong.
3. Tafsir Al-Maroghi juz: 19, hal : 18-20
            Setelah menjelaskan kerusakan perkataan mereka dengan dalil yang shohih, selanjutnya Allah memberikan janji yang menguatkan hati Rosul dalam menghadapi orang-orang musyrik, bahwa Dia telah menetapkan kemenangannya atas mereka, dan bahwa mereka akan senantiasa terkalahkan, dan perkataan mereka akan senantiasa terkalahkan, dan perkataan mereka akan senantiasa ditolak dari segala segi:
#·ŽÅ¡øÿs?z`|¡ômr&ur,ysø9$$Î/7»oY÷¥Å_È@wÎ)@sVyJÎ/7tRqè?ù'tƒwur
            Tidak satu pun sifat aneh yang di ajikan orang-orang musyik itu kepadamu, yang mereka maksudkan untuk menodai kenabianmu, kecuali kami bantai dengan kebenaran yang menolak perkataan mereka dan mematahkan segala permintaan mereka yang tolol, kebenaran yang lebih jalas dibanding apa yang mereka katakan.
            Senada dengan ayat tersebut firman Allah:
ö@t/ ß$Éø)tR Èd,ptø:$$Î/ n?tã È@ÏÜ»t7ø9$# ¼çmäótBôuŠsù
Artinya:           Sebenarya Kami melontarkan yang hak kepada yang batil lalu yang hak itu menghancurkannya.” (Al-Anbiya’)
                        Ringkasan: tidak ada satu usul pun yang rusak yang mereka lontarkan, kecuali kami datangkan kepadamu jawaban yang menolaknya dan menjelaskan kebatilannya.
4. Tafsir Al-Azhar juz: 19, hal: 15
            Pada ayat 33 diterangkan lagi sebab ke-dua mengapa al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus.“Dan tidaklah mereka datang dengan suatu perumpamaan, atau tegasnya suatu masalah, melainkan kami datangkan pula suatu kebenaran, dan dengan tafsir (penjelasan) yang sebaik-baiknya.”
            Artinya diantara wahyu itu diturunkan setelah ada sesuatu pertanyaan atau kemusykilan.Nabi sendiri secara pribadi tidaklah sanggup memjawabnya. Barulah beliau jawab setelah datang wahyu, ini terbukti setelah beliau pindah (hijrah) ke Madinah, banyak pertanyaan datang, sampai urusan haid (perempuan datang bulan), sampai urusan harta benda yang didapat dalam perang, sampai urusan minum khamar (alkohol) dan perjudian, semua pertanyaan itu dijawab oleh Wahyu. Di Makkah pun pernah kaum Quraisy bertanya tentang Raja Iskandar  Zulkarnain, pun datang dengan wahyu.
            Itulah sebabnya al-Qur’an tidak turun sekaligus. Kalau dia turun sekaligus, niscaya kita tidak akan memahamkan isinya. Sebab al-Qur’an tidak semata-mata do’a munajat kepada Tuhan, sebagai Kitab Zabur misalnya, tetapi pun mengenai juga segi-segi kegiatan dan perkembangan masyarakat setiap masa.
6.Tafsir Al-Misbah juz:19, hal: 471-473
            Ayat 33 di atas yang menyatakan bahwa: “tidaklah mereka datang kepardamu sesuatu yang aneh, melainkan kami datangkan kepadamu suatu yang haq dan yang paling baik penjelasannya.”Mengisyaratkan bahwa dalam interaksi al-Qur’an dengan masyarakat, tidak jarang timbul sanggahan dan pertanyaan.Jika al-Qur’an turun sekaligus, maka pastilah Nabi Muhammad Saw. Harus mencari dan membuka lembaran al-Qur’an atau ingatan beliau guna menemukan jawaban pertanyaan dan sanggahan itu. Di samping itu, jawaban demikian akan menjadikannya tidak sesegar jawaban spontan. Berbeda jika ia turun dari saat ke saat, menjawab setiap sanggahan dan pertanyaan. Demikian ketiga ayat di atas menjelaskan mengapa al-Qur’an turun sedikit demi sedikit.
            Thahir Ibnu ‘Asyur- dan banyak ulama lain – berpendapat bahwa hanya penggalan (لنثبت به فؤادك)  li nutsabbita bihi fuadaka yang merupakan jawaban atas usul atau keberatan kaum kafir itu tentang cara turun al-Qur’an, adapun rottalnahu tartilan maka ia adalah penjelasan tentang keistimewaan al-Qur’an atau perintah membacanya dengan perlahan. Sedang ayat 33 menurutnya bertujuan membantah semua tuduhan dan dalih kaum kafir, baik yang telah lalu maupun yang akan datang, dan bahwa semua itu terbantahkan dangan dalil-dalil yang sangat jelas. Ayat ini menurutnya berarti: mereka tidak mendatangkan satu dalih yang menyamarkan keadaanmu wahai Nabi Muhammad Saw. Dan yang bertujuan membedakanmu dengan para rosul Allah yang lain melainkan kami membatalkan upaya mereka itu sambil membuktikan bahwa kerosulan dan kenabian tidaklah berkaitan dengan apa yang mereka duga dan ucapkan, baik secara langsung seperti bahwa al-Qur’an adalah dongengan orang dahulu, atau bahwa engkau bukan Rosul karena makan dan masuk pasar, maupun secara tidak langsung , seperti usul mereka agar diturunkan kepada mereka malaikat atau al-Qur’an diturunkan sekaligus.
            Firman-firman Allah yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. Melalui Malaikat jibril itu turun dalam rentang waktu dua puluh dua tahun lebih. Itu agaknya mengisyaratkan bahwa bacaan / pendidikan, baru dapat menunjukkan hasilnya setelah berlalu masa sepanjang itu.Memang kemajuan atau kemunduran suatu masyarakat ditentukan oleh Sumber Daya Manusianya, dan ini ditentukan oleh bacaan dan pendidikannya. Generasi muda yang dididik, baru akan tampil sekitar dua puluh tahun dari awal masa pendidikan. Ketika itu baru akan nampak peranan mereka yang diarahkan oleh bacaan dan pendidikan selama ini. lah Dan karena itu pulalah agaknya Allah Swt. Tidak menurunkan al-Qur’an sekaligus, dan menjadikannya bertahap dalam dua puluh tahun lebih.
 

DAFTAR PUSTAKA
Al-Imam Abul Fida Isma’il Ibnu Kasir Ad-Dimasyqi, Terjemah Bahrun Abu Bakar, L.C.Tafsir Ibnu Katsir, Juz: 19. (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2004)
Sayyid Quthb, Terjemah As’ad Yasin, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an, Juz: 19. (Jakarta: Gena insani press, 2004)
Ahmad Mustafa Al-Maragi, Terjemah Bahrun Abubakar, L.C. Tafsir Al-Maragi, Juz:            19. ( Semarang: Karya Thoha Putra, 1993)
Hamka, Tafsir Al-Azhar, Juz: 19.(Jakarta: PT Pustaka Panjimas, 1982)
M, Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Juz: 19 (Jakarta: Lentera Hati, 2002)











DAKWAH SECARA BERTAHAP


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Tafsir I


DOSEN;

Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M. Ag.


 

Oleh:

Syifaul Ummah
NIM. B73211080





FAKULTAS DAKWAH
BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012

No comments:

Post a Comment