Saturday, June 16, 2012

Psikologi

ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI
BEHAVIOURISME
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Psikologi

DISUSUN OLEH :
SITI INDARWATI        (B03211031)
Pembimbing:
Dra. Ragwan Albaar, M.Fil.I

FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN BKI/C1
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2012


ALIRAN-ALIRAN PSIKOLOGI
A.    Behaviourisme
Behaviourisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan oleh Burrhus Frederic Skinner.[1]
Behaviourisme menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Kaum behaviourisme dikenal dengan teori belajar, yang dimana menurut mereka, seluruh perilaku manusia kecuali insting, adalah belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviourisme tidak mempersoalkan manusia mengenai baik atau buruknya, rasional maupun emosional; behaviourisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor-faktor lingkungan.
Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson, dalam satu dan lain bentuk, telah mengajukan gagasan-gagasan mengenai pendekatan objektif dalam mempelajari manusia, berdasarkan pendekatan yang mekanistik dan matearilistik, suatu pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviourisme. Seorang diantaranya ialah Ivan Pavlov(1849-1936),[2] dan William MC Dougall(1871-1938).[3]
Behaviourisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme yaitu yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subyektif, dan juga Psikonalisis yaitu yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak.
John B. Watson menentang pendapat yang umum berlaku di saat itu bahwa dalam eksperimen-eksperimen psikologi diperlukan intropeksi.
Intropeksi yang berarti mengamati perasaan sendiri dalam eksperimen-eksperimen di laboratorium Wund untuk mengetahui ada atau tidak adanya perasaan-perasaan tertentu dalam diri orang yang diperiksa.[4] Watson dilain pihak, memperkenalkan psikologi yang sama sekali tidak mempergunakan intropeksi. Menurutnya proses-proses kesadaran tidak perlu diselidiki, karena yang lebih penting adalah proses adaptasi, gerakan otot-otot dan aktivitas kelenjar-kelenjar. Watson mengharapkan dengan teorinya ini untuk mencapai obyektivitas ilmiah yang lebih sempurna, karena dalam intropeksi pengaruh faktor-faktor subyektivitas dari orang yang diperiksa besar sekali. Karena itu ia lebih mementingkan tingkah laku terbuka yang langsung dapat diamati dan diukur daripada tingkah laku tertutup yang hanya dapat dietahui secara tidak langsung.
Emosi gembira atau emosi sedih menurut kaum “behaviourist” adalah manivestasi daripada adanya ketegangan(tarikan) otot-otot “S-R” (“Stimulus-Respons”), karena menurut penganut-penganut aliran ini proses-proses psikologi selalu dimulai dengan adanya rangsang (“stimulus”) dan diakhiri dengan suatu reaksi (“response”) terhadap rangsang itu.[5]
a.       Prinsip-prinsip Psikologi Behaviourisme ialah:[6]
1.      Obyek psikologi adalah tingkah laku;
2.      Semua bentuk tingkah laku dikembalikan kepada reflek;
3.      Mementingkan pembentukan kebiasaan.
Pada saat ini para ahli psikologi tidak menganut sesuatu aliran karena mereka akan mengembangkan dan menggunakan teori psikologi yang lebih objektif dari aliran manapun asalnya. Selain itu pendapat, kritik, dan teori psiologi dari aliran-aliran tersebut saling melengkapi dan saling menyempurnakan satu sama lain.[7]
b.      Cirri-ciri umum aliran behaviourisme
1.      Mempelajari perbuatan manusia yang hanya dalam konteks pengamatan pada perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. (ilmu jiwa tanpa jiwa)[8]
2.      Segala macam perbuatan dikembalikan pada reflek, yang artinya reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang.
3.      Behaviourisme mengutamakan pendidikan, karena pendidikan dapat mempengaruhi reflek. Hal ini sangat berpengaruh pada manusia yang dimana manusia merupakan makhluk yang berkembang karena kebiasaan, dan kebiasaan itu sendiri berasal dari pendidikan atau pengetahuan yang didapatnya.
c.       Tokoh aliran behaviourisme:
1.      William James
2.      Mac. Dougall
3.      Thorndike(Pengikut)
4.      Watson(pengikut)
d.      Pendapat-pendapat para pengikut aliran behaviourisme
1.      James
Dia adalah perintis jalan filsafat pragmatisme, adapun pokok ajaran pragmatisme adalah:
1)      Tiap berpikir mengandung makna tertentu.
2)      Kenyataan hanya berarti kalau ada faedahnya dari manusia.
3)      Benar tidaknya sesuatu pikiran itu dapat dilihat dari dapat tidaknya fikiran itu dipraktekkan, dan terbukti atau tidaknya maksud yang dikandung didalamnya.
4)      The Truth is in the Making.[9]
Dalam contoh misalnya jika anasir agama terbukti membawa kebahagiaan, dapatlah dikatakan agama itu benar. Filsafat pragmatis ini kemudian diikuti oleh John Dewey(murid James).
2.      Mac Dougall
Sebagai ahli jiwa, ia mempelajari masalah insting sedalam-dalamnya. Insting dipandang sebagai pendorong penting dalam segala kegiatan. Ia memandang ilmu jiwa sebagai ilmu yang mempelajari gerak perbuatan dan tingkah laku hewan dan manusia. Tokoh ini terkadang menyerang sifat-sifat mekanisme dan behaviourisme.
3.      Thorndike
Merupakan pengikut aliran behaviourisme yang tidak radikal, pendapatnya ditulis dalam “Animal Intelligence” dan “Educational Psycholgy”.
4.      Watson
Watson adalah pengikut aliran behaviourisme yang radikal. Sejak tahun 1912 Watson ingin meninggalkan ilmu jiwa empiris dan hendak membentuk ilmu jiwa baru, yaitu ilmu jiwa yang berdasarkan pada ilmu pengetahuan alam dengan bukti-bukti yang nyata.
Pandangan Watson tentang pdikologi ialah: perbuatan dipandang sebagai suatu reaksi organism hidup yakni reaksi terhadap rangsang dari luar.
Reaksi-reaksi itu terdiri atas gerakan-gerakan yang tertentu dan perubahan-perubahan dalam tubuh. Kesemuanya itu dapat dinyatakan secara obyektif. Hanya perbuatanlah yang dapat diselidiki secara positif.

 Kesimpulan
Behaviorisme adalah sebuah aliran dalam psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 yang berpendapat bahwa perilaku harus merupakan unsur subyek tunggal psikologi. Behaviorisme merupakan aliran revolusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki akar sejarah yang cukup dalam. Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme (yang menganalisis jiwa manusia berdasarkan laporan-laporan subjektif) dan juga psikoanalisis (yang berbicara tentang alam bawah sadar yang tidak tampak). Behaviorisme ingin menganalisis bahwa perilaku yang tampak saja yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan manusia baik. Kaum behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan ilmiah yang sungguh-sungguh objektif. Kaum behavioris mencoret dari kamus ilmiah mereka, semua peristilahan yang bersifat subjektif, seperti sensasi, persepsi, hasrat, tujuan, bahkan termasuk berpikir dan emosi, sejauh kedua pengertian tersebut dirumuskan secara subjektif.

Daftar Pustaka

Ahmadi, Abu. 1992. Psikologi Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aziz Ahyadi, Abdul. 2005. Psikologi Agama. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Dakir. 1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 1991. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.


[1] Alex Sobur, Psikologi Umu, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), h. 121
[2] Ibid, Psikologi Umum, h. 121                                                                       
[3] Abdul Aziz Ahyadi, Psikoogi Agama, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), h. 22
[4] Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 15-16
[5] Ibid, Pengantar Umum Psikologi, h. 16
[6]  Dakir, Dasar-Dasar Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1993), h. 27
[7] Abdul Aziz Ahyadi, Psikoogi Agama, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2005), h. 23
[8] Abu Ahmadi, Psikoogi Umum, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h. 46
[9] ibid, Psikoogi Umum, h. 47

No comments:

Post a Comment