Sunday, June 17, 2012

Psikologi : Ahmad Fathullah bin Ali

“ Pendekatan Filosofis, Fisiologis & Psikofisis dalam Psikologi”
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
PSIKOLOGI

DISUSUN OLEH :
AHMAD FATHULLAH BIN ALI B43211071

Pembimbing:
Dra. Ragwan Albaar, M.Fil.I

JURUSAN BKI
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
2012


Psikologi adalah cabang ilmu yang berusaha mempelajari jiwa yang ternyata mendapatkan banyak kesulitan karena obyek penyelidikannya adalah abstrak, yang tak dapat diselidiki secara langsung, tetapi diselidiki keaktifan-keatifannya yang terlihat melalui manifestasi tingkah-laku atau perbuatan.
Begitu uniknya jiwa itu sehingga cara pendekatannya pun melalui berbagai cara yang berbeda-beda. Dalam makalah ini akan diterangkan beberapa pendekatan-pendekatan dalam psikologi, antaranya adalah:
Pendekatan Filosofis
Pendekatan Fisiologis
Pendekatan Psikofisis

a) Pendekatan Filosofis
Pendekatan filosofis melalui psikolgi filsafat berhubungan rapat dengan agama dan ilmu Filsafat yang mempelajari apakah jiwa itu, bagaimana wujudnya, ke mana perginya setelah manusia mati dan sebagainya. Pengetahuan ini tak dapat dicapai oleh indera kita, maka disebut juga psikologi metaphisika. Oleh karena cara peninjauannya sangat bersifat spekulatif, maka disebut juga psikologi spekulatif.

Beberapa metode yang bersifat filosofis, antaranya :
i. Intuitif
Melakukan penyelidikan dengan jalan sengaja atau tidak sengaja dalam pergaulan sehari. Dalam keadaan terakhir itu kita mengadakan penilaian terhadap sesame kita atau benar-benar ingin kita ketahui keadaannya, melalui ‘kesan’ kita terhadap orang-orang tersebut. Langkah seperti ini justru ‘kesan pertamalah’ yang paling besar peranannya dalam pengambilan kesimpulan. Sudah tentu metode ini kurang memenuhi syarat. Karenanya harus dikombinasikan dengan metode-metode lain guna memperoleh kesimpulan yang dapat dipercaya.

ii. Kontemplatif
Melakukan penyelidikan dengan jalan merenungkan objek yang akan diketahui dengan mempergunakan kemampuan berfikir kita. Alat utama yang dipergunakan adalah pikiran kita yang benar-benar sudah dalam keadaan obyektif. Dalam erti murni tidak tercampur dengan alat-alat yang lain serta tidak tercampur pula dengan pengaruh-pengaruh luar yang bersifat lahiriah dan biologis. Metode ini sering digunakan sebelum berkembangnya ilmu pengetahuan pada abad ke-17,kerana pandangan empirisme menjadi dominan. Pandangan ini menyatakan bahwa untuk memperoleh pengetahuan adalah melalui empiri atau pengalaman, sehingga observasi untuk memperoleh kenyataan yang objektif dan pendapat sebelumnya yang tidak lagi memuaskan oleh para ahli, ditinggalkan.
Rene  Descartes, seorang ahli filsafah Perancis, menggunakan pendekatan filsafat dalam mempelajari tentang psikologi. Menurut Descrates psikis merupakan dunia mental dan badan atau jasmani merupakan dunia material, dua hal yang mempunyai sifat-sifat yang berbeda.
iii. Metode bersifat filosofis religis
Metode ini dilakukan dengan mempergunakan materi-materi agama, sebagai alat utama untuk meneliti pribadi manusia. Nilai-nilai yang terdapat dalam agama itu merupakan kebenaran-kebenaran yang absolute dan pasti benar. Dengan kata lain, kita menyelidiki jiwa manusia beserta segala seginya dengan menggunakan materi-materi agama yang tertera dalam Kitab Suci sebagai norma standard penilaian.
Menurut Islam, jiwa yang bersih dari maksiat dan dosa serta selalu ber-taqarrub  kepada Allah swt. misalnya,akan menimbulkan sikap yang tenang dan perbuatan yang serba baik dan benar. Sebaliknya, jiwa yang kotor, banyak berbuat kesalahan dan jauh dari Allah akan melahirkan perbuatan yang jahat, sesat dan menyesatkan dirinya dan orang lain, serta selalu dirundung keresahan.
Menurut Achmad Mubarak, desain kejiwaan manusia diciptakan Tuhan sangat sempurna, berisi kapasitas-kapasitas kejiwaan, seperti berpikir, merasa dan berkehendak. Jiwa merupakan system (disebut system nafsani) yang terdiri dari subsistem ‘Aql, Qalb, Bashirat, Syahwat dan Hawa. ‘Aql (akal) merupakan problem solving capacity, yang bisa berfikir dan membedakan yang baik dan buruk. Qalb (hati) merupakan perdana menteri dari system nafsani. Dialah yang memimpin kerja jiwa manusia.Qalb memiliki otoritas memutuskan sesuatu tindakan. Bashirat juga bisa disebut nurani, dari kata nur, dalam bahasa Indonesia menjadi hati nurani. Menurut konsep tasawwuf, bashirat adalah cahaya ketuhanan yang ada dalam hati. Introspeksi, tangis, kesadaran, religiositas, god spot, bersumber dari sini. Syahwat adalah motif kepada tingkah laku. Syahwat adalah sesuatu yang manusiawi dan netral. Suka kepada berlawanan jenis, bangga terhadap anak-anak, menyukai benda berharga adalah beberapa bentuk syahwat. Hawa pula adalah dorongan kepada objek yang rendah dan tercela. Perilaku kejahatan, marah, frustasi, sombong dan sebagainya bersumber dari Hawa. Karateristik hawa adalah ingin segera menikmati apa yang diinginkan tanpa memedulikan nilai-nilai moralitas. Orang yang memenuhi tuntutan hawa, tindakannya cenderung distruktif. Dalam bahasa Indonesia disebut hawa nafsu, atau menurut teori Freud disebut id.

Kesimpulannya, pendekatan filosofis dalam psikologi membawa arti melakukan pendekatan psikologi dari aspek spiritual atau jiwa semata-mata dengan berpandukan  intuitif, hasil renungan atau proses pemikiran bahkan berdasarkan sumber-sumber religious yang berkaitan dengan jiwa.

b) Pendekatan fisiologis
Pengertian dari segi bahasa, fisiologi merupakan turunan biologi yang mempelajari bagaimana kehidupan berfungsi secara fisik dan kimiawi, yaitu kajian mengenai kehidupan benda hidup. Fisiologi merujuk pada pengkajian mengenai sifat fisikal benda hidup, cara organisme berinteraksi satu sama lain dan juga dengan alam sekitar dengan kelebihan atau kekurangan fisikal tersebut. Fisiologi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya untuk mendukung kehidupan.
Para ahli psikologi fisiologi mencoba menemukan hubungan antara proses biologi dengan perilaku. Bagaimana hormon seks mempengaruhi perilaku, bagian otak yang mana yang mengontrol ucapan.
Banyak aspek perilaku manusia dan fungsi mental yang tidak dapat dipahami sepenuhnya tanpa ada dasar pengetahuan mengenai proses biologis. System saraf kita, yaitu organ indera, otot dan kelenjar memungkinkan kita untuk menyadari keadaan lingkungan serta untuk menyesuaikan diri kita terhadap lingkungan itu. Persepsi kita terhadap berbagai peristiwa yang terjadi tergantung pada cara bagaimana organ indera kita mendeteksi adanya stimulus dan bagaimana otak kita menafsirkan informasi yang datang dari indera itu. Sebagian besar perilaku kita didorong oleh berbagai kebutuhan seperti rasa lapar, haus dan usaha menghindari kegagalan atau rasa sakit. Kemampuan kita berbahasa, berpikir dan memecahkan masalah tergantung pada struktur otak yang luar biasa rumitnya.
Dalam arti kata lain, pendekatan fisiologis adalah pendekatan berdasarkan aspek fisiologi semata-mata dan tidak berkaitan dengan jiwa dan perasaaan. Seperti contoh, sekiranya kita menemui seorang lelaki dewasa yang bercakap dengan terbata-bata dan tidak lancar. Secara psikis/ melalui pendekatan filosofis dengan memerhati aspek dalaman lelaki tersebut, kita boleh beranggapan bahawa lelaki itu kurang percaya diri sehingga percakapannya menjadi tidak lancar. Tetapi jika diperhati dari aspek filosofis, mungkin berbeda. Ketidaklancaraan lelaki tersebut berbicara boleh saja diakibatkan oleh kerosakan pada bahagian tertentu pada otak yang mengontrol aktiviti percakapan,sehingga mengakibatkan perbuatan tersebut.

c) Pendekatan Psikofisis
Psikofisis terdiri dari  dua kata iaitu ‘psiko’ yang bermaksud jiwa dan fisis yang diambil dari kata fisik. Berlainan dengan sebelumnya, pendekatan-pendekatan hanya dilakukan berdasarkan aspek dalaman atau aspek luaran semata-mata. Untuk pendekatan psikofisis, kedua aspek ini diambil kira dan keduanya mempunyai hubungan antara satu dengan yang lain.
Beberapa ahli psikologi memandang kegiatan kejiwaan sebagai suatu system psikofisis. Psikologi yang modern justru mempergunakan metode-metode experimental dengan mengambil manfaat dari kemajuan-kemajuan penemuan di bidang psikologi dan matematika, guna mempelajari dan menganalisa persoalan-persoalan psikologi. Beberapa peristiwa kejiwaan yang dapat diterangkan dari adanya pengetahuan yang sangat lengkap tentang neurology misalnya, sehingga para ahli berpendapat bahwa ada kerjasama yang erat antara jiwa dan jasmani.
Teori ini telah dinyatakan sebelumnya oleh seorang ahli filsafat asal Perancis, Rene Decartes, yang menyatakan bahwa psikis dapat mempengaruhi badan, dan sebaliknya badan juga dapat mempengaruhi psikis. Hubungan ini dinamakan mutual interaction. Descartes menafikan teori sebelumnya yang menyatakan bahwa hubungan hanya searah, yaitu hanya psikis yang mempengaruhi badan.
Penemuan-penemuan modern telah membuktikan bahwa fisik bisa mempengaruhi kejiwaan manusia. Seperti halnya dengan mendengarkan lagu-lagu yang berentak perlahan mampu melahirkan perasaan yang tenang. Sebaliknya lagu-lagu yang rancak bisa melahirkan rasa agresif. Sehingga beberapa eksperimen telah dilakukan dengan menanamkan microelectrode pada bagian-bagian tertentu dalam otak. Suatu sensasi rasa senang akan dirasakan sekiranya distimulasi dengan arus listrik yang lemah.

Begitu juga sebaliknya, kejiwaan mampu mempengaruhi fisik manusia. Seperti contoh, dalam bidang kedokteran, dokter mengakui bahwa keruwetan-keruwetan rohani, tekanan jiwa, dapat mempengaruhi kondisi tubuh, sehingga membuatkan kurang nafsu makan, daya tahan tubuh berkurang dan akibatnya penyakit lebih mudah untuk menyerang. Karena itu dokter kadang-kadang justru hanya memberikan terapi kejiwaan sahaja, sedang terapi jasmani hanya diberikan dengan suntikan aquadest.

DAFTAR PUSTAKA

F. Patty dkk. 1982  Pengantar Psikologi Umum. Surabaya -Usaha Nasional
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2011 Akhlak Tasawuf.  Surabaya -IAIN SA Press
Faizah & Lalu Muchsin Effendi, 2006 Psikologi Dakwah. Jakarta -Prenada Media.
Nurdjannah Taufiq & Rukmini Barhana, 1997 Introduction to Psychology. Jakarta -PT Gelora Aksara Pratama.

No comments:

Post a Comment